Baru-baru
ini beredar game di laman dunia maya, sebuah permainan yang diedarkan
situs id.vonvon.me mengenai bagaimana proses tuhan menciptakan manusia.
Sebagian orang menganggap permainan ini adalah joke atau bahan tertawaan
untuk lucu-lucuan, sebagian lain menganggap ini sangat bertentangan
dengan kaidah keagamaan. Jika dilihat sekilas memang tidak merujuk pada
pola penghinaan, karena di ilustrasikan dengan gambar kartun sederhana
seorang kakek tua yang dikonotasikan dengan "Sang Tuhan" yang sedang
meramu larutan kedalam cawan, di gambarkan pula proses bagaimana sang
tuhan meracik ramuan yang terdiri dari beberapa unsur sifat manusia yang
ingin di bentuknya. Pada sebagian orang yang tidak mengerti bagaimana
sebenarnya cara Tuhan menyusun sosok manusia, mungkin mereka akan
membenarkan saja apa yang ada di dalam situs game tersebut. Tapi jika
seorang memahami bagaimana proses terbentuknya manusia di tangan Sang
Pencipta sesungguhnya, maka reaksinya pastilah mereka akan marah besar.
Mengapa? Ada tiga alasan pokok yang mendasari hal ini;
Pertama, penggunaan bahasa di situs ini adalah bahasa indonesia, jika situs ini bersifat global, mengapa ia dibuat dalam versi bahasa indonesia, seakan ada kesan game ini memang ditujukan untuk sebagian besar orang indonesia saja. Dan seakan-akan itu memang ditujukan untuk para pengguna internet di indonesia yang mayoritas umat muslim. Sederhananya adalah game ini berusaha ingin mengaburkan akidah umat muslm bahwa Tuhan juga selalu melakukan kesalahan, maka dari itu Tuhan yang digambarkan di sana berwujud manusia yang sering khilaf. Padahal dalam akidah islam, Tuhan orang muslim adalah Dzat yang maha Agung yang tidak ada bandingannya.
Kedua, salah satu kesalahan yang dibuat situs permainan ini adalah adanya unsur kesengajaan untuk membuat pemainnya membenarkan sebuah pola pikir; bahwa selama ini Tuhan selalu membuat kesalahan dalam menciptakan sosok manusia. Ada kesan bahwa segala keburukan yang ditimbulkan seorang anak manusia maka itu adalah akibat kesalahan Tuhan dalam meracik ramuan sifat manusia itu diawal penciptaannya, yang telah melakukan berbagai kesalahan menaruh larutan ke dalam wajan takar dalam kondisi terlalu banyak atau terlalu sedikit. Perhatikan ilutrasi gambar berikut ini.
Padahal sesungguhnya pada apa-apa yang dilakukan seorang anak manusia, maka itu adalah sebagai akibat dari kesalahannya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan awal penciptaan. Pada setiap tindakan dan perilaku buruk yang dihasilkan seseorang maka itu adalah hasil perbuatan manusia itu sendiri, bukan karena Tuhan salah membentuk sifat mereka dan bukan karena Tuhan yang menyarankan mereka melakukan hal buruk tersebut. Hal itu sudah diterangkan dalam firman-Nya:
"Apabila mereka ditimpa suatu musibah maka itu disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri,.....(QS.An Nisa:62)
Ketiga, seperti ada upaya sengaja ingin membenturkan dua kepribadian pengguna internet antara yang pro dan kontra, terutama dilihat dari sisi agama. Karena pola penggambaran ini menggunakan kata-kata Tuhan, otomatis itu bisa dikaitkan dengan unsur agama, lalu jika dikaitkan dengan unsur komik juga bisa karena ia hanya sebuah gambar kartun biasa yang sebagian orang kaca mata agamanya kurang maka ia akan menilai ini dari sisi seni saja. Maka berhati-hatilah saudaraku, cara memecah belah ini akan terus gencar mereka lakukan untuk membuat dua kelompok berbada saling baku hantam hanya karena perbedaan sudut pandang.
Lalu bagaimana sebenarnya proses pembentukan manusia dalam kaidah islam? Ya inilah perlunya seorang muslim memahami asal usul diri dan kehidupannya, sesungguhnya agar ia tidak dijadikan bahan olok-olok orang lain yang punya kepentingan tersembunyi mengenai misinya ingin menyesatkan pemahaman kita tentang agama kita.
Bagaimana manusia agar bisa mengenal dirinya secara utuh. Sebuah ilmu dibutuhkan untuk mencapai pengetahuan sejati sifat-sifat kemanusiaan pada umumnya. Ilmu itu diberi nama ilmu tarekat, yaitu imu pengenalan diri. Ilmu yang digunakan untuk memahami identitas diri. Berikut definisi masing-masing unsur pada manusia:
- Jasad/fisik adalah yang memiliki bentuk atau wujud atau sosok yang tergambarkan, yang diciptakan dari unsur alam yaitu min sulaatin min thiin (ekstrak alam), badan, kaki, tangan, panca indera dan sebagainya
- Jiwa (nafs) adalah sesosok mahluk dalam wujud halus yang hidup dan memiliki pemahaman, Pikiran, Perasaan, Intuisi, Emosi, dan Akal.
- Roh/ruh adalah satu kejadian uap atau gas yang keluar dari dalam hati kasar atau jantung. Uap atau gas itu berjalan ke seluruh bagian urat saraf di dalam tubuh manusia.
- Sedangkan qolbu adalah sifatnya jiwa yang selalu berubah-ubah (bolak-balik), tidak tetap. Asal kejadian roh inilah yang perlu kita ikuti dan telusuri, karena dengan bagitu kita akan mudah mengidentifikasi diri kita. Dan Alquran sudah meng-isyaratkan bahwa unsur kejadian manusia terdiri atas tiga, yaitu unsur badan atau jasad (jasad), unsur Jiwa (nafs), dan unsur roh (ruh). Berikut tahapan pembentukan diri manusia menurut firman dan hadist:
1. Jiwa/nafs
Sebagai tahap awal, Allah mengambil sumpah kepada “jiwa” yang masih berada di alam ghaib. Para jiwa ini belum dipasangkan ke dalam jasad dan ruh, karenanya ia masih bebas beterbangan dan menunggu dipanggil untuk melaksanakan tugas. Allah berfirma dalam surah (Al Araaf:172) yang bermaksud:
"Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman : ”Bukakankan Aku ini Tuhanmu”, mereka menjawab :”Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah oran-orang lalai terhadap keesaaaan Mu."
Kondisi jiwa yang sudah disumpah ini mengakui Allah sebagai dzat yang menciptakannya, dan jiwa juga mau menjadi saksi atas segala perbuatan jasad selama di dunia pada hari akhir nanti. Setelah proses pengambilan sumpah, tahap berikutnya adalah Allah menjelaskan tugas pokok dalam kehidupan di dunia kelak, bahwa ia akan mengembang dua tugas pokok yang mencakup jalan ketaqwaan dan jalan kefasikan. Surah Asy Syams (91:7-10) Firmannya yang bermaksud:
“Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya."
Ini menunjukan bahwa sebelum jasad manusia di susun, allah terlebih dahulu mempersiapkan unsure pendukung yang paling utama bagi sosok manusia yaitu Jiwa yang sudah berikan pemahaman hakikat ketuhanan dan keilmuan. Jiwa yang telah mengaku dan mengenal arti keesaan, keagungan dan kebesaran Allah s.w.t dengan sepenuh‐penuh Haqqul Yaqin. Disamping itu juga sudah mengerti fungsi dan tugas keruhaniahan ia juga memiliki kemampuan pemahaman yang mendalam tentang ilmu allah yang luas, yaitu jiwa/nafs ini bertugas untuk memberikan pemahaman memilih jalan yang akan ditempuh, apakah jalan itu menuju ketaqwaan atau menuju jalan kefasikan.
Dan jika manusia memilih pada jalan ketaqwaan, maka ia akan termasuk dalam golongan manusia beruntung, jika sebaliknya maka ia akan menjadi manusia yang rugi. Karena setiap jiwa sudah dibekali pemahaman dan kesadaran yang pada setiap hal yang dilakukannya. Sebagaimana firman allah dalam Surat at-Takwir ayat 1 berikut ini:
“Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yag telah dikerjakannya.”
Dan setiap jiwa juga sudah dilengkapi dengan system kesadaran atas apa-apa yang dikerjakannya, apa yang dilalaikannya, dan apa yang di pilihnya. Sebuah keyakinan yang melekat pada jiwa ini adalah bahwa jiwa ini bersifat hidup dan mampu membuat keputusan sendiri, dan penuh kesadaran diri. Surat Al-Infitar ayat 1.
‘Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.”
Sampai disini maka selesailah tahap pembentukan unsure Jiwa untuk kemudian dipasangkan pada wujud jasad manusia. Unsure jiwa ini kini sudah memenuhi syarat untuk mengemban tugas kehidupan manusia.
2. Jasad/fisik
Tahap kedua adalah proses penyusunan jasad/fisik/jasmani/tubuh manusia. Unsur jasad atau jisim terdiri dari seluruh angggota tubuh manusia yaitu kepala, badan, tangan, dan kaki yang terbuat dari salah satu unsure sari pati tanah liat yang didalamnya mengandung unsure protein. Ia dijadikan dari tanah liat yang sangat halus dan mempunyai bentuk dan wujud nyata. Keadaan dan sifatnya; kasat mata, dapat raba/sentuh, dapat berubah bentuk, dapat rusak dan dapat dimusnahkan.
Diciptakannya jasad ini dalam rangka sebagai media/sarana diletakkannya unsur sebelumnya, yaitu jiwa. Sosok jiwa yang sebelumnya sudah ditanamkan berbagai pemahaman dan pengetahuan dasar kehidupan, lalu dipasangkan ke dalam jasad/fisik manusia, sehingga jadilah ia sesosok mahluk yang pandai. Sampai di sini, manusia sudah dikatakan bisa hidup mandiri, namun bagi Allah kedua unsure ini belumlah cukup. Sebagai konsekuensi ditakdirkannya manusia sebagai pemimpin di muka bumi, maka Allah sekali lagi membekali manusia dengan unsure ke tiga yaitu Ruhaniah.
Unsur ini tidak dimiliki oleh mahluk lainnya, karena ia adalah unsure yang istimewa dan khusus diberikan hanya kepada manusia untuk menjadikan manusia mahluk paling baik diantara yang lainnya. Ruh itulah yang menyebabkan meningkatnya martabat anak manusia, sehingga menjadikan para malaikat menghormatinya.
Yang kedua, ketinggian dzat yang disebut Ruh itu terlihat dari bagaimana Allah mengatakannya sebagai Ruh-Ku. Dia menggunakan kata ganti kepunyaan itu, untuk menggambarkan itu adalah Ruh-Nya. Penggunaan kata Ruh-Ku ini tentu jangan ditafsirkan sebagai Ruh Allah yang masuk ke dalam diri manusia. Melainkan itu Ruh milik (ciptaan) Allah. Meskipun, di ayat lain, Allah juga mengatakan sebagian dari Ruh-Ku, yang menggiring kita pada pemahaman bahwa Allah ‘mengimbaskan’ sebagian dari sifat-sifat mulia-Nya kepada manusia lewat Ruh itu. Dengan kehadiran Ruh-Nya itulah manusia bisa menjadi khalifah dimuka bumi.
3. Proses Penyatuan Ruh dan Jasad/jasmani
Setelah selesai seluruh prosesi penyusunan lapisan materil jasad manusia dengan unsure jiwa, maka kemudian Allah memulai proses penyatuan unsure Ruhanian dengan jasad/fisik manusia. Namun sebelum Ruh ditiupkan oleh Allah ke dalam jasad manusia melalui proses-Nya. Ketika jasad Nabi Adam a.s telah tercipta dengan sempurna, maka Allah memerintahkan Ruh-Nya untuk memasuki jasad Nabi Adam a.s.
Maka dengan enggan ia menerima perintah tersebut. Ruh pun akhirnya memasuki jasad dengan berat hati karena harus masuk ke tempat yang gelap. Akhirnya ruh mendapat sabda Allah:
"Jika seandainya kamu mau masuk dengan senang, maka kamu nanti juga akan keluar dengan mudah dan senang, tetapi bila kamu masuk dengan paksa, maka kamupun akan keluar dengan terpaksa".
Lalu Ruh memasuki melalui ubun-ubun, kemudian turun sampai ke batas mata, selanjutnya sampai ke hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung jari kaki. Setiap anggota tubuh Adam yang dilalui ruh menjadi hidup, bergerak, berucap, bersin dan memuji Allah. Bahkan dalam al Qur'an tergambarkan ketika ruh sampai ke lutut, maka Adam sudah tergesa gesa ingin berdiri. Sebagaimana firman Allah :
"Manusia tercipta dalam ketergesa-gesaan" (Q.S.21:37).
Setelah Allah meniupkan ruh-Nya kedalam jasad tersebut. Didalam Ruh-Nya Allah memberikan suatu kelebihan tambahan mengenai kemampuan melihat, mendengar dan merasa (hati). Bagian tambahan ini yang menjadi bagian kesempurnaan manusia, mengapa? Karena tiga kemampuan ini hanya disematkan pada manusia, dan ketiga kemampuan ini adalah salah satu sifat kemuliaan milik Allah swt yang agung, namun sayangnya kebanyakan manusia tidak menyadarinya.
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuh/jasad nya ruh Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati , tetapi kamu sedikit sekali bersyukur.”
Jadi setelah seluruh rangkaian pembentukan jasad yang sudah dilengkapi jiwa, mulailah masuk unsure ruh-Nya kedalam jasad. Sampai tahap ini, proses penyusunan jasad manusia sudah selesai dan dianggap sudah sempurna kejadiaannya, lalu allah memerintahkan mahluk lain (malaikat dan iblis) untuk bersujud kepada Adam as.
"Dan apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ruh-Ku ke dalamnya maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud.[2]
Ketika Allah sudah menyempurnakan proses kejadian penyatuan jasad dan ruh, maka perhatikan sepenggal kalimat yang menyiratnya kata-kata ‘meniupkan ruh-Ku’ yang artinya bahwa didalam unsure ruh ini ada unsure suci, sehingga dikategorikan sebagai Makhluk.
Jadi ruh dalam diri jasad manusia bukanlah Allah itu sendiri, melaikan sesosok mahluk suci yang sudah dibekali tiga kemampuan lebih. Roh itu kepunyaan Allah, yang ditiup masuk ke dalam Jasad manusia dimana ruh itu dibekali kemampuan tambahan; melihat, mendengar dan merasa (hati) tidak sama dengan ruh yang ada pada hewan dan tumbuhan, yang tidak memilki kemampuan yang bersumber dari-Nya.
“akan tetapi di dalam diri manusia ada bashirah (yang tahu)"(QS 75:14).
Kata bashirah ini disebut sebagai yang tahu atas segala gerak manusia yang sekalipun sangat rahasia. Ia biasa menyebut diri (wujud)-nya adalah "Aku". Unsur suci yang dimaksud disini adalah bahwa allah atau Dia menghembuskan dua unsur suci yang ada pada 99 nama dan sifat terpuji Allah swt (asmanul husnah), yaitu Al – Samii’ (Maha Mendengar) dan Al – Bashiir (Maha Melihat) serta Hati yang berguna untuk merasa (mudah tersentuh, bergetar hatinya, bergejolak jiwanya) serta sebagai tempat datangnya ilmu, hikmah dan hidayah Allah swt.
Ketiga unsure ini adalah unsure yang sangat suci dan memiliki tingkatan derajat yang tinggi, karena hanya manusia yang dilengkapi dengan sifat terpuji Allah swt ini, dengan tujuan agar manusia dapat memiliki kemampuan penglihatan dan pendengaran yang mendalam tentang hakikat keilmuan dan ketuhanan. Allah tidak menganugerahkan ini pada mahluk lainnya dan inilah alasannya mengapa allah memerintahkan mahluk lain (bangsa iblis) untuk bersujud kepada Nabi Adam as kala itu serta inilah juga alasannya mengapa Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi. Dan ini juga sebabnya mengapa dalam berbagai firman-Nya Allah selalu mengisaratkan bahwa Allah mengetahui apa-pun yang dikerjakan manusia, yang besar atau kecil bahkan yang nampak ataupun yang tidak nampak.
Sempurnanya proses pembentukan manusia oleh Sang Maha Pencipta, yang manusia sebagai mahluknya yang paling sempurna, pantaskah ini dijadikan bahan tertawaan dan lelucon? Dan sebandingkah jika kita menganggap remeh segala sesuatu yang ada dalam diri kita ini untuk dijadikan sekedar omong kosong? Dimana hati nurani kita letakkah jika hanya seperti itu bentuk penghargaan kita pada diri kita sendiri. Bagaimana kita berharap Tuhan akan berbuat baik kepada kita sementara kita masih suka merendahkan diri kita sendiri. Semoga hal seperti ini tidak lagi terjadi dimasa depan, hargailah dirimu, jika ingin dihargai orang lain (terutama Tuhanmu).
Pertama, penggunaan bahasa di situs ini adalah bahasa indonesia, jika situs ini bersifat global, mengapa ia dibuat dalam versi bahasa indonesia, seakan ada kesan game ini memang ditujukan untuk sebagian besar orang indonesia saja. Dan seakan-akan itu memang ditujukan untuk para pengguna internet di indonesia yang mayoritas umat muslim. Sederhananya adalah game ini berusaha ingin mengaburkan akidah umat muslm bahwa Tuhan juga selalu melakukan kesalahan, maka dari itu Tuhan yang digambarkan di sana berwujud manusia yang sering khilaf. Padahal dalam akidah islam, Tuhan orang muslim adalah Dzat yang maha Agung yang tidak ada bandingannya.
Kedua, salah satu kesalahan yang dibuat situs permainan ini adalah adanya unsur kesengajaan untuk membuat pemainnya membenarkan sebuah pola pikir; bahwa selama ini Tuhan selalu membuat kesalahan dalam menciptakan sosok manusia. Ada kesan bahwa segala keburukan yang ditimbulkan seorang anak manusia maka itu adalah akibat kesalahan Tuhan dalam meracik ramuan sifat manusia itu diawal penciptaannya, yang telah melakukan berbagai kesalahan menaruh larutan ke dalam wajan takar dalam kondisi terlalu banyak atau terlalu sedikit. Perhatikan ilutrasi gambar berikut ini.
Padahal sesungguhnya pada apa-apa yang dilakukan seorang anak manusia, maka itu adalah sebagai akibat dari kesalahannya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan awal penciptaan. Pada setiap tindakan dan perilaku buruk yang dihasilkan seseorang maka itu adalah hasil perbuatan manusia itu sendiri, bukan karena Tuhan salah membentuk sifat mereka dan bukan karena Tuhan yang menyarankan mereka melakukan hal buruk tersebut. Hal itu sudah diterangkan dalam firman-Nya:
"Apabila mereka ditimpa suatu musibah maka itu disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri,.....(QS.An Nisa:62)
Ketiga, seperti ada upaya sengaja ingin membenturkan dua kepribadian pengguna internet antara yang pro dan kontra, terutama dilihat dari sisi agama. Karena pola penggambaran ini menggunakan kata-kata Tuhan, otomatis itu bisa dikaitkan dengan unsur agama, lalu jika dikaitkan dengan unsur komik juga bisa karena ia hanya sebuah gambar kartun biasa yang sebagian orang kaca mata agamanya kurang maka ia akan menilai ini dari sisi seni saja. Maka berhati-hatilah saudaraku, cara memecah belah ini akan terus gencar mereka lakukan untuk membuat dua kelompok berbada saling baku hantam hanya karena perbedaan sudut pandang.
Lalu bagaimana sebenarnya proses pembentukan manusia dalam kaidah islam? Ya inilah perlunya seorang muslim memahami asal usul diri dan kehidupannya, sesungguhnya agar ia tidak dijadikan bahan olok-olok orang lain yang punya kepentingan tersembunyi mengenai misinya ingin menyesatkan pemahaman kita tentang agama kita.
Bagaimana manusia agar bisa mengenal dirinya secara utuh. Sebuah ilmu dibutuhkan untuk mencapai pengetahuan sejati sifat-sifat kemanusiaan pada umumnya. Ilmu itu diberi nama ilmu tarekat, yaitu imu pengenalan diri. Ilmu yang digunakan untuk memahami identitas diri. Berikut definisi masing-masing unsur pada manusia:
- Jasad/fisik adalah yang memiliki bentuk atau wujud atau sosok yang tergambarkan, yang diciptakan dari unsur alam yaitu min sulaatin min thiin (ekstrak alam), badan, kaki, tangan, panca indera dan sebagainya
- Jiwa (nafs) adalah sesosok mahluk dalam wujud halus yang hidup dan memiliki pemahaman, Pikiran, Perasaan, Intuisi, Emosi, dan Akal.
- Roh/ruh adalah satu kejadian uap atau gas yang keluar dari dalam hati kasar atau jantung. Uap atau gas itu berjalan ke seluruh bagian urat saraf di dalam tubuh manusia.
- Sedangkan qolbu adalah sifatnya jiwa yang selalu berubah-ubah (bolak-balik), tidak tetap. Asal kejadian roh inilah yang perlu kita ikuti dan telusuri, karena dengan bagitu kita akan mudah mengidentifikasi diri kita. Dan Alquran sudah meng-isyaratkan bahwa unsur kejadian manusia terdiri atas tiga, yaitu unsur badan atau jasad (jasad), unsur Jiwa (nafs), dan unsur roh (ruh). Berikut tahapan pembentukan diri manusia menurut firman dan hadist:
1. Jiwa/nafs
Sebagai tahap awal, Allah mengambil sumpah kepada “jiwa” yang masih berada di alam ghaib. Para jiwa ini belum dipasangkan ke dalam jasad dan ruh, karenanya ia masih bebas beterbangan dan menunggu dipanggil untuk melaksanakan tugas. Allah berfirma dalam surah (Al Araaf:172) yang bermaksud:
"Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman : ”Bukakankan Aku ini Tuhanmu”, mereka menjawab :”Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah oran-orang lalai terhadap keesaaaan Mu."
Kondisi jiwa yang sudah disumpah ini mengakui Allah sebagai dzat yang menciptakannya, dan jiwa juga mau menjadi saksi atas segala perbuatan jasad selama di dunia pada hari akhir nanti. Setelah proses pengambilan sumpah, tahap berikutnya adalah Allah menjelaskan tugas pokok dalam kehidupan di dunia kelak, bahwa ia akan mengembang dua tugas pokok yang mencakup jalan ketaqwaan dan jalan kefasikan. Surah Asy Syams (91:7-10) Firmannya yang bermaksud:
“Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya."
Ini menunjukan bahwa sebelum jasad manusia di susun, allah terlebih dahulu mempersiapkan unsure pendukung yang paling utama bagi sosok manusia yaitu Jiwa yang sudah berikan pemahaman hakikat ketuhanan dan keilmuan. Jiwa yang telah mengaku dan mengenal arti keesaan, keagungan dan kebesaran Allah s.w.t dengan sepenuh‐penuh Haqqul Yaqin. Disamping itu juga sudah mengerti fungsi dan tugas keruhaniahan ia juga memiliki kemampuan pemahaman yang mendalam tentang ilmu allah yang luas, yaitu jiwa/nafs ini bertugas untuk memberikan pemahaman memilih jalan yang akan ditempuh, apakah jalan itu menuju ketaqwaan atau menuju jalan kefasikan.
Dan jika manusia memilih pada jalan ketaqwaan, maka ia akan termasuk dalam golongan manusia beruntung, jika sebaliknya maka ia akan menjadi manusia yang rugi. Karena setiap jiwa sudah dibekali pemahaman dan kesadaran yang pada setiap hal yang dilakukannya. Sebagaimana firman allah dalam Surat at-Takwir ayat 1 berikut ini:
“Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yag telah dikerjakannya.”
Dan setiap jiwa juga sudah dilengkapi dengan system kesadaran atas apa-apa yang dikerjakannya, apa yang dilalaikannya, dan apa yang di pilihnya. Sebuah keyakinan yang melekat pada jiwa ini adalah bahwa jiwa ini bersifat hidup dan mampu membuat keputusan sendiri, dan penuh kesadaran diri. Surat Al-Infitar ayat 1.
‘Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.”
Sampai disini maka selesailah tahap pembentukan unsure Jiwa untuk kemudian dipasangkan pada wujud jasad manusia. Unsure jiwa ini kini sudah memenuhi syarat untuk mengemban tugas kehidupan manusia.
2. Jasad/fisik
Tahap kedua adalah proses penyusunan jasad/fisik/jasmani/tubuh manusia. Unsur jasad atau jisim terdiri dari seluruh angggota tubuh manusia yaitu kepala, badan, tangan, dan kaki yang terbuat dari salah satu unsure sari pati tanah liat yang didalamnya mengandung unsure protein. Ia dijadikan dari tanah liat yang sangat halus dan mempunyai bentuk dan wujud nyata. Keadaan dan sifatnya; kasat mata, dapat raba/sentuh, dapat berubah bentuk, dapat rusak dan dapat dimusnahkan.
Diciptakannya jasad ini dalam rangka sebagai media/sarana diletakkannya unsur sebelumnya, yaitu jiwa. Sosok jiwa yang sebelumnya sudah ditanamkan berbagai pemahaman dan pengetahuan dasar kehidupan, lalu dipasangkan ke dalam jasad/fisik manusia, sehingga jadilah ia sesosok mahluk yang pandai. Sampai di sini, manusia sudah dikatakan bisa hidup mandiri, namun bagi Allah kedua unsure ini belumlah cukup. Sebagai konsekuensi ditakdirkannya manusia sebagai pemimpin di muka bumi, maka Allah sekali lagi membekali manusia dengan unsure ke tiga yaitu Ruhaniah.
Unsur ini tidak dimiliki oleh mahluk lainnya, karena ia adalah unsure yang istimewa dan khusus diberikan hanya kepada manusia untuk menjadikan manusia mahluk paling baik diantara yang lainnya. Ruh itulah yang menyebabkan meningkatnya martabat anak manusia, sehingga menjadikan para malaikat menghormatinya.
Yang kedua, ketinggian dzat yang disebut Ruh itu terlihat dari bagaimana Allah mengatakannya sebagai Ruh-Ku. Dia menggunakan kata ganti kepunyaan itu, untuk menggambarkan itu adalah Ruh-Nya. Penggunaan kata Ruh-Ku ini tentu jangan ditafsirkan sebagai Ruh Allah yang masuk ke dalam diri manusia. Melainkan itu Ruh milik (ciptaan) Allah. Meskipun, di ayat lain, Allah juga mengatakan sebagian dari Ruh-Ku, yang menggiring kita pada pemahaman bahwa Allah ‘mengimbaskan’ sebagian dari sifat-sifat mulia-Nya kepada manusia lewat Ruh itu. Dengan kehadiran Ruh-Nya itulah manusia bisa menjadi khalifah dimuka bumi.
3. Proses Penyatuan Ruh dan Jasad/jasmani
Setelah selesai seluruh prosesi penyusunan lapisan materil jasad manusia dengan unsure jiwa, maka kemudian Allah memulai proses penyatuan unsure Ruhanian dengan jasad/fisik manusia. Namun sebelum Ruh ditiupkan oleh Allah ke dalam jasad manusia melalui proses-Nya. Ketika jasad Nabi Adam a.s telah tercipta dengan sempurna, maka Allah memerintahkan Ruh-Nya untuk memasuki jasad Nabi Adam a.s.
Maka dengan enggan ia menerima perintah tersebut. Ruh pun akhirnya memasuki jasad dengan berat hati karena harus masuk ke tempat yang gelap. Akhirnya ruh mendapat sabda Allah:
"Jika seandainya kamu mau masuk dengan senang, maka kamu nanti juga akan keluar dengan mudah dan senang, tetapi bila kamu masuk dengan paksa, maka kamupun akan keluar dengan terpaksa".
Lalu Ruh memasuki melalui ubun-ubun, kemudian turun sampai ke batas mata, selanjutnya sampai ke hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung jari kaki. Setiap anggota tubuh Adam yang dilalui ruh menjadi hidup, bergerak, berucap, bersin dan memuji Allah. Bahkan dalam al Qur'an tergambarkan ketika ruh sampai ke lutut, maka Adam sudah tergesa gesa ingin berdiri. Sebagaimana firman Allah :
"Manusia tercipta dalam ketergesa-gesaan" (Q.S.21:37).
Setelah Allah meniupkan ruh-Nya kedalam jasad tersebut. Didalam Ruh-Nya Allah memberikan suatu kelebihan tambahan mengenai kemampuan melihat, mendengar dan merasa (hati). Bagian tambahan ini yang menjadi bagian kesempurnaan manusia, mengapa? Karena tiga kemampuan ini hanya disematkan pada manusia, dan ketiga kemampuan ini adalah salah satu sifat kemuliaan milik Allah swt yang agung, namun sayangnya kebanyakan manusia tidak menyadarinya.
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuh/jasad nya ruh Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati , tetapi kamu sedikit sekali bersyukur.”
Jadi setelah seluruh rangkaian pembentukan jasad yang sudah dilengkapi jiwa, mulailah masuk unsure ruh-Nya kedalam jasad. Sampai tahap ini, proses penyusunan jasad manusia sudah selesai dan dianggap sudah sempurna kejadiaannya, lalu allah memerintahkan mahluk lain (malaikat dan iblis) untuk bersujud kepada Adam as.
"Dan apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ruh-Ku ke dalamnya maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud.[2]
Ketika Allah sudah menyempurnakan proses kejadian penyatuan jasad dan ruh, maka perhatikan sepenggal kalimat yang menyiratnya kata-kata ‘meniupkan ruh-Ku’ yang artinya bahwa didalam unsure ruh ini ada unsure suci, sehingga dikategorikan sebagai Makhluk.
Jadi ruh dalam diri jasad manusia bukanlah Allah itu sendiri, melaikan sesosok mahluk suci yang sudah dibekali tiga kemampuan lebih. Roh itu kepunyaan Allah, yang ditiup masuk ke dalam Jasad manusia dimana ruh itu dibekali kemampuan tambahan; melihat, mendengar dan merasa (hati) tidak sama dengan ruh yang ada pada hewan dan tumbuhan, yang tidak memilki kemampuan yang bersumber dari-Nya.
“akan tetapi di dalam diri manusia ada bashirah (yang tahu)"(QS 75:14).
Kata bashirah ini disebut sebagai yang tahu atas segala gerak manusia yang sekalipun sangat rahasia. Ia biasa menyebut diri (wujud)-nya adalah "Aku". Unsur suci yang dimaksud disini adalah bahwa allah atau Dia menghembuskan dua unsur suci yang ada pada 99 nama dan sifat terpuji Allah swt (asmanul husnah), yaitu Al – Samii’ (Maha Mendengar) dan Al – Bashiir (Maha Melihat) serta Hati yang berguna untuk merasa (mudah tersentuh, bergetar hatinya, bergejolak jiwanya) serta sebagai tempat datangnya ilmu, hikmah dan hidayah Allah swt.
Ketiga unsure ini adalah unsure yang sangat suci dan memiliki tingkatan derajat yang tinggi, karena hanya manusia yang dilengkapi dengan sifat terpuji Allah swt ini, dengan tujuan agar manusia dapat memiliki kemampuan penglihatan dan pendengaran yang mendalam tentang hakikat keilmuan dan ketuhanan. Allah tidak menganugerahkan ini pada mahluk lainnya dan inilah alasannya mengapa allah memerintahkan mahluk lain (bangsa iblis) untuk bersujud kepada Nabi Adam as kala itu serta inilah juga alasannya mengapa Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi. Dan ini juga sebabnya mengapa dalam berbagai firman-Nya Allah selalu mengisaratkan bahwa Allah mengetahui apa-pun yang dikerjakan manusia, yang besar atau kecil bahkan yang nampak ataupun yang tidak nampak.
Sempurnanya proses pembentukan manusia oleh Sang Maha Pencipta, yang manusia sebagai mahluknya yang paling sempurna, pantaskah ini dijadikan bahan tertawaan dan lelucon? Dan sebandingkah jika kita menganggap remeh segala sesuatu yang ada dalam diri kita ini untuk dijadikan sekedar omong kosong? Dimana hati nurani kita letakkah jika hanya seperti itu bentuk penghargaan kita pada diri kita sendiri. Bagaimana kita berharap Tuhan akan berbuat baik kepada kita sementara kita masih suka merendahkan diri kita sendiri. Semoga hal seperti ini tidak lagi terjadi dimasa depan, hargailah dirimu, jika ingin dihargai orang lain (terutama Tuhanmu).
0 komentar:
Posting Komentar