KINI PAKISTAN JADI AMUKAN GELOMBANG PANAS
TRIBUNJOGJA.COM - Korban tewas akibat serangan gelombang panas selama empat hari terakhir di beberapa wilayah Pakistan sudah mencapai angka 1.000 orang.
Ancaman korban lanjutan masih akan terus berlanjut mengingat suhu di beberapa hari terakhir sempat mencapai 45 derajat celcius di wilayah tertentu.
Diberitakan Al Jazeera, Rabu (24/6/2015) waktu setempat, suhu tinggi yang pernah tercatat sejak Sabtu mulai 43 derajat Celsius sejak Sabtu yang disertai dengan kelembaban tinggi.
Suhu maksimum yang terdaftar di Karachi pada hari Selasa adalah 41C, sementara kota-kota lain di provinsi ini seperti Sukkur, Jacobabad, dan Larkana, mencapai angka 45C, 44c dan 43C.
Kondisi suhu panas itu terjadi berbarengan dengan umat Muslim di Pakistan yang sebagian besar sedang menunaikan ibadah puasa pada siang hari.
Dari data pemerintah setempat, pada akhir pekan lalu tercatat sudah 775 orang telah meninggal karena serangan panas, dehidrasi atau penyakit yang berhubungan dengan panas di Karachi, yang jadi kota terbesar di negara itu.
"Mayat seperti 'meluap', mereka harus menumpuk tubuh satu di atas yang lain," kata Dr Seemin Jamali, Seorang Pejabat Senior di Jinnah Postgraduate Medical Centre (JPMC), dari rumah sakit pemerintah terbesar.
Kami sedang mencoba melakukan segala sesuatu yang semanusiawi mungkin di sini," katanya.
Sejak hari Sabtu JPMC telah melihat lebih dari 8.000 pasien dengan gejala yang berhubungan dengan panas. Dari mereka, 384 pasien telah meninggal.
"Puncaknya pada Selasa malam, Kami mendapatkan pasien datang ke bangsal darurat setiap menit, diantaranya sudah meninggal," katanya.
Menurut keterangan dari rumah sakit, Kebanyakan orang datang menghadapi heatstroke dan mereka adalah orang-orang tua. Usia mereka sekitar 45 sampai 50 tahun.
Seorang Warga Sedang Memberikan Bantuan kepada Korban yang Terkena Heatstroke. AFP | Getty Images
"Untuk orang tua adalah masalah serius yang mereka hadapi,"kata Junaid Ahmad, seorang sukarelawan, kepada kantor berita Reuters.
Makin bertambahnya korban jiwa akibat gelombang panas mendorong pemerintah untuk menyatakan hari libur umum pada hari Rabu sehingga orang bisa tinggal di dalam rumah.
Menurut New York Times, angka kematian yang mencapai seribuan orang itu adalah catatan tertinggi sekaligus kritik terhadap kesiapan pemerintah setempat.
INI ALASAN MENGAPA SUHU PANAS BISA MEMATIKAN
Pakar Fisiologi yang juga anggota Indonesian Hydration Working Group (IHWG) dokter Ermita Ilyas mengungkapkan, udara yang sangat panas akan membuat kelembaban tubuh menjadi rendah.
Cairan dalam tubuh pun menguap dan mengeluarkan panas. Sementara itu, cuaca sangat panas akan membuat kelembaban suhu udara menjadi tinggi.
“Kelembaban tinggi, udara penuh air. Jadi enggak menguap cairan di tubuh kita. Malah jadi cairan yang menetes, yaitu keringat. Banyak keluar cairan, jadi dehidrasi. Makin panas, makin banyak keringat,” terang Ermita saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/5/2015).
Dehidrasi ringan ditandai dengan rasa haus, mulut kering, dan tubuh lemas. Pada tingkat yang cukup parah, dapat menyebabkan penderitanya pingsan dan suhu tubuh tinggi.
Kekurangan cairan pun tak hanya terjadi pada tubuh, tetapi juga pada otak.
“Kalau dehidrasi berat bahkan bisa mengigau, enggak sadar kan diri karena otak kurang cairan hingga kematian itu,” jelasnya.
Untuk itu, hindari tubuh kekurangan cairan dengan cukup minum air, apalagi ketika cuaca begitu panas. Dehidrasi ringan dapat diatasi dengan pemberian minum. Sedangkan pada kasus berat, pasien akan diberi cairan melalui infus.
0 komentar:
Posting Komentar