Nuurislami.blogspot.com Siapa sosok ruh yang ada dalam diri kita? Sudahkah kita mengenal dia dan sadarkah kita dengan keberadaannya, hidup kita sangat tergantung pada setiap tindak-tanduk yang ia lakukan. Lalu siapa sosok ruh itu sebenarnya?
Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas Ruh, maka ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui perbedaan mendasar antara Jiwa dengan Ruh. Sebab, banyak di antara kita yang merancukan keduanya.
Ruh adalah untuk menggambarkan ‘sesuatu’ yang menyebabkan munculnya kehidupan pada benda-benda yang tadinya mati, sekaligus 'menularkan' sifat-sifat ketuhanan kepadanya. Selain itu, kata Ruh juga digunakan untuk menggambarkan malaikat, dalam bentukan kata Ruh al Qudus dan Ruh al Amin. Roh adalah suci, ciptaan Allah, sehingga ia dikategorikan sebagai Makhluk. Ayat berikut ini menggambarkan fungsi kehidupan ruh.
QS. As Sajadah (32) : 9 “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya Ruh Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”
Setidak-tidaknya ada tiga hal yang menyebabkan Ruh dan Jiwa berbeda. Yang pertama, karena substansinya. Yang kedua, karena fungsinya. Dan yang ketiga, karena sifatnya.
1. Perbedaan yang pertama, pada substansinya.
Jiwa dan Ruh berbeda dari segi kualitas ‘dzat’nya. Jiwa digambarkan sebagai dzat yang bisa berubah-ubah kualitasnya: naik dan turun, pasang dan surut, kotor dan bersih, penuh dan kosong dan seterusnya. Sedangkan Ruh digambarkan sebagai dzat yang selalu baik dan suci, serta berkualitas tinggi. Bahkan digambarkan sebagai 'turunan' dari Dzat Ketuhanan.
QS. Al Hijr (15) : 29 “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya RuhKu, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”
Tingginya kualitas Ruh itu tergambar dari 2 hal, sebagaimana disebutkan ayat di atas. Yang pertama, ditunjukkan oleh keharusan tunduk seluruh malaikat kepada manusia. Dan yang kedua, ditunjukkan oleh penggunakan 'kata ganti' KU, yang menggambarkan bahwa Allah mengakui betapa dekatNya dzat yang bernama Ruh itu dengan Allah. Kita semua tahu, malaikat tunduk kepada Adam setelah Allah 'meniupkan' RuhNya kepada Adam. Setelah Allah menyempurnakan kejadian Adam sebagai seorang manusia.
Jadi, kita bisa mengambil kesimpulan umum, bahwa kualitas Ruh itulah yang menyebabkan meningkatnya martabat seorang manusia, sehingga menjadikan para malaikat menghormatinya. Yang kedua, ketinggian dzat yang disebut Ruh itu terlihat dari bagaimana Allah mengatakannya sebagai Ruh Ku. Tidak pernah Allah, dalam firmanNya, menggunakan kata ganti kepunyaan 'KU' untuk Jiwa. Misalnya, mengatakan 'JiwaKU'. Tetapi Dia menggunakan kata ganti kepunyaan itu, untuk menggambarkan itu adalah Ruh-Nya. Penggunaan kata Ruh Ku ini tentu jangan ditafsirkan sebagai Ruh Allah yang masuk ke dalam diri manusia. Melainkan itu Ruh milik (ciptaan) Allah. Meskipun, di ayat lain, Allah juga mengatakan sebagian dari RuhKu, yang menggiring kita pada pemahaman bahwa Allah ‘mengimbaskan’ sebagian dari sifat-sifatNya kepada manusia lewat Ruh itu. Dengan adanya Ruh itulah manusia jadi memiliki kehendak. Dengan Ruh itu pula manusia bisa berilmu pengetahuan. Dengan Ruh itu pula ia menjadi bijaksana, memiliki perasaan cinta dan kasih sayang, serta berbagai bagai sifat ketuhanan, dalam skala manusia. Ya, Ruh adalah dzat yang menjadi media penyampai Sifat-sifat Ketuhanan di dalam kehidupan manusia. QS Tahrim (66) : 12
dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari Ruh Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang ta'at. QS. As Sajdah (32) : 9 Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya Ruh Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Dalam kaitannya dengan fisik, Allah menjelaskan bahwa Ruh tersebutlah juga dilengkapi dengan seperangkat kemampuan pendengaran, penglihatan dan hati. Ketiga unsure ini adalah merupakan salah satu dari nama-nama dan sifat-sifat terbaik allah yang kesemuanya terhimpun dalam 99 nama Asmaul Husnah. Kemampuan pendengaran yang berasosiasi dengan sifat allah yang maha mendengar (al Sammi), kemampuan penglihatan yang berasosiasi dengan salahs satu sifat allah yang maha melihat (Al Bashir) dan hati yang mana ini bukanlah bagian dari hati yang berbentuk segumpal darah dan berwarna merah, namun itu berhubungan dengan unsure yang amat peka dan paling lembut dari sifat allah yang didalamnya akan menjadi tempat masuknya hidayah, al hikmah, dan wahyu. Didalam lubuk hati kepunyaan allah yang melekat dalam unur ruh inilah nabi Muhammad saw menerima wahyu melalui malaikat jibril.
Jika tidak adanya ketiga unsure Ruh inilah, maka fungsi penglihatan pada mata, pendengaran pada telinga dan 'hati' tidak akan mampu menghasilkan kefahaman bagi seorang manusia. Dengan Ruh yang maha melihat, maha mendengar dan memahami inilah manusia dapat mengambil pelajaran. Jika tidak ada ruh maka manusia akan bertindak bagai seekor binatang saja. Hal ini dikemukakan oleh Allah dalam firmanNya. QS. Al A'raaf (7) : 179
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."
Jadi kita bisa merasakan betapa istimewa dan terpujinya Ruh ini. Pada Ruh lah yang menjadikan kita sebagai manusia seutuhnya, yang 'menularkan' Sifat-sifat terpuji Allah yang Serba Sempurna dalam skala kehidupan manusia. Karena demikian tingginya kualitas Ruh itu, maka di ayat lain, Allah menegaskan bahwa Ruh adalah urusan Allah. QS. Al Israa' (17) : 85
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit
2. Perbedaan yang kedua, antara Jiwa dan Ruh adalah pada fungsinya.
Jiwa digambarkan sebagai ‘sosok’ yang bertanggung jawab atas segala perbuatan kemanusiaannya. Bukan Ruh yang bertanggung jawab atas segala perbuatan manusia, melainkan Jiwa. Karena dalam proses penciptaannya, sosok jiwa sudah diambil sumpah untuk menjadi saksi keesaan allah ketika di alam ruh, berikut firman Allah swt dalam surah (Al Araaf:172) yang bermaksud:
Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman : ”Bukakankan Aku ini Tuhanmu”, mereka menjawab :”Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah oran-orang lalai terhadap keesaaaan Mu.
Ruh adalah dzat yang selalu baik dan berkualitas tinggi. Sebaliknya Hawa Nafsu lawammah adalah dzat yang berkualitas rendah dan selalu mengajak kepada keburukan. Sedangkan Jiwa/nafs adalah dzat yang bisa menentukan pilihan, jalan kebaikan atau keburukan. Maka, Jiwa yang akan bertanggung jawab terhadap pilihannya itu. Surah Asy Syams (91:7-10) . Firmanya yang bermaksud:
"Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya.
Setiap Jiwa akan menerima konsekuensi atau balasan dari perbuatan jeleknya atau perbuatan baiknya. la terkena hukum dosa dan pahala. Sedangkan Ruh, selalu ‘mengajak’ kepada kebaikan. Ini juga ada kaitannya dengan istilah Ruh yang digunakan untuk menyebut malaikat. Malaikat adalah agent kebaikan. Lawan dari Iblis dan setan sebagai agent kejahatan.
QS. Al Mursalat (77) : 1 Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan,
QS. Fathiir (35) : 5 Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.
3. Dan yang ketiga, Perbedaan itu ada pada sifatnya.
Jiwa bisa merasakan kesedihan, kecewa, kegembiraan, kebahagiaan, ketentraman, ketenangan, dan kedamaian. Sedangkan Ruh bersifat stabil dalam 'kebaikan' tanpa mengenal perbandingan suasana. Ruh adalah kutub positif dari sifat kemanusiaan. Sebagai lawan dari sifat setan yang negatif. Dalam kalimat yang berbeda, Ruh juga digambarkan bagaikan malaikat yang mengajak pada cahaya yang terang benderang, melepaskan diri dari dunia kegelapan hawa nafsu. Seiring dengan substansi malaikat yang terbuat dari cahaya.
Sedangkan Jiwa adalah sosok yang 'bergerak' dan kualitasnya berubah terus di antara 'kutub cahaya' sang Ruh dengan 'kutub kegelapan' badan manusia yang terbuat dari tanah. Antara 'kutub malaikat' dan 'kutub setan'. Jadi kalau digambarkan secara ringkas, Allah menciptakan badan manusia dari material tanah dan kemudian 'meniupkan' sebagian Ruh-Nya kepada badan itu. Maka, hiduplah' bahan organik tanah' menjadi badan manusia, disebabkan oleh adanya Ruh. Dan akibat dari bersatunya Badan dan Ruh, sejak saat itu pula mulai aktiflah Jiwa manusianya.
Jadi, Jiwa adalah akibat. Bukan penyebab. Penyebab utama adalah masuknya Ruh ke dalam badan, kemudian muncullah Jiwa sebagai hasil interaksi antara Ruh dengan Badan. Di dalam badan yang sudah ada Ruhnya itulah Jiwa berkembang mencapai bentuknya yang tertinggi. Ada 2 kutub yang saling tarik-menarik di dalam diri kita, yaitu : Ruh dan Badan.
Ruh mewakili sifat-sifat malaikat yang penuh dengan ketenangan, ketaatan, keikhlasan, akal sehat, kesucian, cinta kasih dan kesempurnaan. Sedangkan badan mewakili sifat-sifat iblis dan setan yang menggambarkan kehidupan materialistik, pemenuhan kebutuhan badaniah, hawa nafsu, keserakahan, kesombongan, pertentangan, kemarahan, dan segala tipu daya kehidupan.
Dalam kalimat berbeda, Ruh menggambarkan Akhirat sebagai kehidupan yang sesungguhnya, sedangkan Badan menggambarkan Dunia sebagai kehidupan sementara yang penuh kepura-puraan dan semu. Ruh adalah adalah sumber Akal Sehat, sedangkan Badan adalah sumber Hawa Nafsu!
Untuk memberi keyakinan yang lebih dalam lagi kepada diri kita bahwa didalam unsure ruh manusia ini terdapat unsure dzat maha suci allah yaitu 2 dari 99 asmaul husnah, diantaranya sifat maha mendengar dan maha melihat serta maha mengetahui. Simak uraian berikut ini mengenai proses keluarnya ruh dari dalam jasad ketika menjelang kematian. Bagi kaum yang beriman, maka allah memerintahkan malaikat untuk menulis sebagian asma allah di telapak tangannya, barulah ruh itu dengan sukaren keluar dari jasad dalam keadaan tenang.
Nb: Artikel ini berasal dari hasil tulisan ustadz Hakim Bawazier yang dipublish tanggal 12 april 2012. Akibat berbagai perkembangan ilmu maka di tanggal 21 nopember 2014 ini atau setelah 2 tahun artikel ini beredar maka ia mengalami perubahan dan perbaikan untuk mendapatkan lebih baik lagi pemahaman dan pengetahuan bagi yang membacanya. Semoga bermanfaat.
Ruh adalah untuk menggambarkan ‘sesuatu’ yang menyebabkan munculnya kehidupan pada benda-benda yang tadinya mati, sekaligus 'menularkan' sifat-sifat ketuhanan kepadanya. Selain itu, kata Ruh juga digunakan untuk menggambarkan malaikat, dalam bentukan kata Ruh al Qudus dan Ruh al Amin. Roh adalah suci, ciptaan Allah, sehingga ia dikategorikan sebagai Makhluk. Ayat berikut ini menggambarkan fungsi kehidupan ruh.
QS. As Sajadah (32) : 9 “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya Ruh Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”
Setidak-tidaknya ada tiga hal yang menyebabkan Ruh dan Jiwa berbeda. Yang pertama, karena substansinya. Yang kedua, karena fungsinya. Dan yang ketiga, karena sifatnya.
1. Perbedaan yang pertama, pada substansinya.
Jiwa dan Ruh berbeda dari segi kualitas ‘dzat’nya. Jiwa digambarkan sebagai dzat yang bisa berubah-ubah kualitasnya: naik dan turun, pasang dan surut, kotor dan bersih, penuh dan kosong dan seterusnya. Sedangkan Ruh digambarkan sebagai dzat yang selalu baik dan suci, serta berkualitas tinggi. Bahkan digambarkan sebagai 'turunan' dari Dzat Ketuhanan.
QS. Al Hijr (15) : 29 “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya RuhKu, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”
Tingginya kualitas Ruh itu tergambar dari 2 hal, sebagaimana disebutkan ayat di atas. Yang pertama, ditunjukkan oleh keharusan tunduk seluruh malaikat kepada manusia. Dan yang kedua, ditunjukkan oleh penggunakan 'kata ganti' KU, yang menggambarkan bahwa Allah mengakui betapa dekatNya dzat yang bernama Ruh itu dengan Allah. Kita semua tahu, malaikat tunduk kepada Adam setelah Allah 'meniupkan' RuhNya kepada Adam. Setelah Allah menyempurnakan kejadian Adam sebagai seorang manusia.
Jadi, kita bisa mengambil kesimpulan umum, bahwa kualitas Ruh itulah yang menyebabkan meningkatnya martabat seorang manusia, sehingga menjadikan para malaikat menghormatinya. Yang kedua, ketinggian dzat yang disebut Ruh itu terlihat dari bagaimana Allah mengatakannya sebagai Ruh Ku. Tidak pernah Allah, dalam firmanNya, menggunakan kata ganti kepunyaan 'KU' untuk Jiwa. Misalnya, mengatakan 'JiwaKU'. Tetapi Dia menggunakan kata ganti kepunyaan itu, untuk menggambarkan itu adalah Ruh-Nya. Penggunaan kata Ruh Ku ini tentu jangan ditafsirkan sebagai Ruh Allah yang masuk ke dalam diri manusia. Melainkan itu Ruh milik (ciptaan) Allah. Meskipun, di ayat lain, Allah juga mengatakan sebagian dari RuhKu, yang menggiring kita pada pemahaman bahwa Allah ‘mengimbaskan’ sebagian dari sifat-sifatNya kepada manusia lewat Ruh itu. Dengan adanya Ruh itulah manusia jadi memiliki kehendak. Dengan Ruh itu pula manusia bisa berilmu pengetahuan. Dengan Ruh itu pula ia menjadi bijaksana, memiliki perasaan cinta dan kasih sayang, serta berbagai bagai sifat ketuhanan, dalam skala manusia. Ya, Ruh adalah dzat yang menjadi media penyampai Sifat-sifat Ketuhanan di dalam kehidupan manusia. QS Tahrim (66) : 12
dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari Ruh Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang ta'at. QS. As Sajdah (32) : 9 Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya Ruh Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Dalam kaitannya dengan fisik, Allah menjelaskan bahwa Ruh tersebutlah juga dilengkapi dengan seperangkat kemampuan pendengaran, penglihatan dan hati. Ketiga unsure ini adalah merupakan salah satu dari nama-nama dan sifat-sifat terbaik allah yang kesemuanya terhimpun dalam 99 nama Asmaul Husnah. Kemampuan pendengaran yang berasosiasi dengan sifat allah yang maha mendengar (al Sammi), kemampuan penglihatan yang berasosiasi dengan salahs satu sifat allah yang maha melihat (Al Bashir) dan hati yang mana ini bukanlah bagian dari hati yang berbentuk segumpal darah dan berwarna merah, namun itu berhubungan dengan unsure yang amat peka dan paling lembut dari sifat allah yang didalamnya akan menjadi tempat masuknya hidayah, al hikmah, dan wahyu. Didalam lubuk hati kepunyaan allah yang melekat dalam unur ruh inilah nabi Muhammad saw menerima wahyu melalui malaikat jibril.
Jika tidak adanya ketiga unsure Ruh inilah, maka fungsi penglihatan pada mata, pendengaran pada telinga dan 'hati' tidak akan mampu menghasilkan kefahaman bagi seorang manusia. Dengan Ruh yang maha melihat, maha mendengar dan memahami inilah manusia dapat mengambil pelajaran. Jika tidak ada ruh maka manusia akan bertindak bagai seekor binatang saja. Hal ini dikemukakan oleh Allah dalam firmanNya. QS. Al A'raaf (7) : 179
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."
Jadi kita bisa merasakan betapa istimewa dan terpujinya Ruh ini. Pada Ruh lah yang menjadikan kita sebagai manusia seutuhnya, yang 'menularkan' Sifat-sifat terpuji Allah yang Serba Sempurna dalam skala kehidupan manusia. Karena demikian tingginya kualitas Ruh itu, maka di ayat lain, Allah menegaskan bahwa Ruh adalah urusan Allah. QS. Al Israa' (17) : 85
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit
2. Perbedaan yang kedua, antara Jiwa dan Ruh adalah pada fungsinya.
Jiwa digambarkan sebagai ‘sosok’ yang bertanggung jawab atas segala perbuatan kemanusiaannya. Bukan Ruh yang bertanggung jawab atas segala perbuatan manusia, melainkan Jiwa. Karena dalam proses penciptaannya, sosok jiwa sudah diambil sumpah untuk menjadi saksi keesaan allah ketika di alam ruh, berikut firman Allah swt dalam surah (Al Araaf:172) yang bermaksud:
Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman : ”Bukakankan Aku ini Tuhanmu”, mereka menjawab :”Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah oran-orang lalai terhadap keesaaaan Mu.
Ruh adalah dzat yang selalu baik dan berkualitas tinggi. Sebaliknya Hawa Nafsu lawammah adalah dzat yang berkualitas rendah dan selalu mengajak kepada keburukan. Sedangkan Jiwa/nafs adalah dzat yang bisa menentukan pilihan, jalan kebaikan atau keburukan. Maka, Jiwa yang akan bertanggung jawab terhadap pilihannya itu. Surah Asy Syams (91:7-10) . Firmanya yang bermaksud:
"Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya.
Setiap Jiwa akan menerima konsekuensi atau balasan dari perbuatan jeleknya atau perbuatan baiknya. la terkena hukum dosa dan pahala. Sedangkan Ruh, selalu ‘mengajak’ kepada kebaikan. Ini juga ada kaitannya dengan istilah Ruh yang digunakan untuk menyebut malaikat. Malaikat adalah agent kebaikan. Lawan dari Iblis dan setan sebagai agent kejahatan.
QS. Al Mursalat (77) : 1 Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan,
QS. Fathiir (35) : 5 Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.
3. Dan yang ketiga, Perbedaan itu ada pada sifatnya.
Jiwa bisa merasakan kesedihan, kecewa, kegembiraan, kebahagiaan, ketentraman, ketenangan, dan kedamaian. Sedangkan Ruh bersifat stabil dalam 'kebaikan' tanpa mengenal perbandingan suasana. Ruh adalah kutub positif dari sifat kemanusiaan. Sebagai lawan dari sifat setan yang negatif. Dalam kalimat yang berbeda, Ruh juga digambarkan bagaikan malaikat yang mengajak pada cahaya yang terang benderang, melepaskan diri dari dunia kegelapan hawa nafsu. Seiring dengan substansi malaikat yang terbuat dari cahaya.
Sedangkan Jiwa adalah sosok yang 'bergerak' dan kualitasnya berubah terus di antara 'kutub cahaya' sang Ruh dengan 'kutub kegelapan' badan manusia yang terbuat dari tanah. Antara 'kutub malaikat' dan 'kutub setan'. Jadi kalau digambarkan secara ringkas, Allah menciptakan badan manusia dari material tanah dan kemudian 'meniupkan' sebagian Ruh-Nya kepada badan itu. Maka, hiduplah' bahan organik tanah' menjadi badan manusia, disebabkan oleh adanya Ruh. Dan akibat dari bersatunya Badan dan Ruh, sejak saat itu pula mulai aktiflah Jiwa manusianya.
Jadi, Jiwa adalah akibat. Bukan penyebab. Penyebab utama adalah masuknya Ruh ke dalam badan, kemudian muncullah Jiwa sebagai hasil interaksi antara Ruh dengan Badan. Di dalam badan yang sudah ada Ruhnya itulah Jiwa berkembang mencapai bentuknya yang tertinggi. Ada 2 kutub yang saling tarik-menarik di dalam diri kita, yaitu : Ruh dan Badan.
Ruh mewakili sifat-sifat malaikat yang penuh dengan ketenangan, ketaatan, keikhlasan, akal sehat, kesucian, cinta kasih dan kesempurnaan. Sedangkan badan mewakili sifat-sifat iblis dan setan yang menggambarkan kehidupan materialistik, pemenuhan kebutuhan badaniah, hawa nafsu, keserakahan, kesombongan, pertentangan, kemarahan, dan segala tipu daya kehidupan.
Dalam kalimat berbeda, Ruh menggambarkan Akhirat sebagai kehidupan yang sesungguhnya, sedangkan Badan menggambarkan Dunia sebagai kehidupan sementara yang penuh kepura-puraan dan semu. Ruh adalah adalah sumber Akal Sehat, sedangkan Badan adalah sumber Hawa Nafsu!
Untuk memberi keyakinan yang lebih dalam lagi kepada diri kita bahwa didalam unsure ruh manusia ini terdapat unsure dzat maha suci allah yaitu 2 dari 99 asmaul husnah, diantaranya sifat maha mendengar dan maha melihat serta maha mengetahui. Simak uraian berikut ini mengenai proses keluarnya ruh dari dalam jasad ketika menjelang kematian. Bagi kaum yang beriman, maka allah memerintahkan malaikat untuk menulis sebagian asma allah di telapak tangannya, barulah ruh itu dengan sukaren keluar dari jasad dalam keadaan tenang.
Baginda Rasullullah saw bersabda:
Apabila telah sampai ajal seseorang itu
maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil
dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak
kakinya sehingga sampai kelutut. Setelah itu datang pula sekumpulan
malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut
dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang
lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan
kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan
malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong
dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu.”
Sambung Rasullullah saw lagi:
“Kalau orang yang nazak itu orang yang
beriman, maka malaikat Jibrail as akan menebarkan sayapnya yang di
sebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya
di syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan
lupa kepada orang yang berada di sekelilinginya. Ini adalah kerana
sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap
Jibrail as “Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail as
akan menebarkan sayap di sebelah kiri. Maka orang yang nazak tu dapat
melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi
melihat orang di sekelilinginya. Ini adalah kerana terlalu takutnya
apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya.
Dari sebuah hadis bahawa apabila Allah
swt menghendaki seorang mukmin itu dicabut nyawanya maka datanglah
malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin
itu dari arah mulut maka keluarlah zikir dari mulut orang mukmin itu
dengan berkata: “Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui
jalan ini kerana orang ini sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada
Allah swt ” Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun
kembali kepada Allah swt dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah
orang mukmin itu.
Lalu Allah swt berfirman yang bermaksud:
“Wahai malaikat maut, kamu cabutlah
ruhnya dari arah lain.” Sebaik saja malaikat maut mendapat perintah
Allah swt maka malaikat maut pun cuba mencabut roh orang mukmin dari
arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari arah tangan orang mukmin itu,
keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu. Maka
berkata tangan: Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin
dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini
mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu
pengetahuan.” Oleh kerana malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang
mukmin dari arah tangan maka malaikat maut cuba pula dari arah kaki.
Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata: Tidak
ada jalan bagimu dari arah ini Kerana kaki ini sentiasa berjalan
berulang alik mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga
berjalan menghadiri majlis-majlis ilmu.” Apabila gagal malaikat maut
mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut cuba pula
dari arah telinga. Sebaik saja malaikat maut menghampiri telinga maka
telinga pun berkata: “Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana
telinga ini sentiasa mendengar bacaan Al-Quran dan zikir.” Akhir sekali
malaikat maut cuba mencabut orang mukmin dari arah mata tetapi baru saja
hendak menghampiri mata maka berkata mata: “Tidak ada jalan bagimu dari
arah ini sebab mata ini sentiasa melihat beberapa mushaf dan
kitab-kitab dan mata ini sentiasa menangis kerana takutkan Allah.”
Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah swt.
Kemudian Allah swt berfirman yang bermaksud:
“Wahai malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak
tanganmu dan tunjukkan kepada roh orang yang beriman itu. ” Sebaik saja
mendapat perintah Allah swt maka malaikat maut menghampiri roh orang
itu dan menunjukkan Asma Allah swt. Sebaik saja melihat Asma Allah dan
cintanya kepada Allah swt maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut
dengan tenang.
Maha benar allah dengan segala firman-Nya.
Nb: Artikel ini berasal dari hasil tulisan ustadz Hakim Bawazier yang dipublish tanggal 12 april 2012. Akibat berbagai perkembangan ilmu maka di tanggal 21 nopember 2014 ini atau setelah 2 tahun artikel ini beredar maka ia mengalami perubahan dan perbaikan untuk mendapatkan lebih baik lagi pemahaman dan pengetahuan bagi yang membacanya. Semoga bermanfaat.
3 komentar:
anda membagikan ilmu yang bermanfaat
terima kasih
Alhamdulillah... Terima kasih atas ilmu yang alhamdulillah sangat bermaanfaat ini bang... Semoga allah swt meridhoi abang... Aamiin
Trimakasih banyak ilmu yang anda bagikan
Posting Komentar