SIAPA KAH YANG TERMASUK GOLONGAN “MANUSIA RUGI”?

nuurislami.blogspot.com Tahukah anda bahwa sekarang ini ada banyak sekali orang yang sudah berada dalam kerugian yang amat besar namun mereka tidak menyadarinya. Kerugian yang timbul akibat sikap malas, lalai, mengikuti hawa nafsu, melampaui batas, keras hati dan tersesat ini membuat mereka celaka di hari akhir kelak. Kecelakaan yang tidak bisa ditolelir lagi dan membuat pelakuknya menerima siksa neraka yang amat pedih. Apa sajakah yang termasuk penyebab timbulnya kerugian ini.
Maka dari itu simak penjelasan berikut ini dijabarkan agar kita tidak dimasukkan dalam golongan orang yang rugi bahkan bangkrut dihari akhir kelak. 
Secara harfiyah, Al-Qur’an menggunakan kata khusr untuk menyebut kerugian, khusr itu sendiri artinya berkurang, rugi, sesat, celaka, lemah, tipuan, dll, semuanya dengan makna negatif. Jika dalam istilah perdagangan, rugi bisa diartikan bangrut atau mengalami kekurangan modal sehingga usahanya gulung tikar. Yang menjadi persoalan kita kemudian adalah, apa saja faktor-faktor yang membuat manusia menjadi rugi seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur’an, inilah sesuatu yang amat penting untuk kita telaah.  

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.' (QS: 103:1-3) 

Dalam proses penciptaannya, manusia seharusnya sadar bahwa dalam dirinya allah sudah menganugerahkan kemampuan lebih yang tidak dimiliki mahluk lainnya; melihat dengan mata hati, mendengar dan memahami dengan baik kedalaman ilmu. Karena ketiga unsure ini adalah salah satu sifat terpuji dan terbaik dari dzat allah yang dikaruniakan kepada manusia dalam bentuk ruh yang halus yang ditiupkan ke dalam jasad manusia. Ini yang menjadikan manusia berbeda dari mahluk lainnya. Ketiga indera ini yang membuat derajat manusia lebih tinggi dibanding bangsa jin/iblis, bangsa malaikat dan bangsa lainnya. Derajat manusia ditentukan kemampuan sejauh mana manusia pandai mengoptimalkan ketiga indera ini, sejauh mana manusia sudah mengamalkan dan menjadikannya sebagai sarana untuk memuliakan jiwa, mensucikan hati dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri. Karena masing-masing indera ini memiliki fungsi yang berbeda namun merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan bertujuan pada satu tujuan mulia.  
 QS. As Sajadah (32) : 9 “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya Ruh- Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”   “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari bangsa jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi ) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf:179) 

Sebelum lebih jauh, perlu kita ketahui juga bahwa sesungguhnya allah telah menganugerahkan ruh-Nya yang suci itu kepada manusia agar kita dapat senantiasa beribadah kepadanya. Sama halnya dengan hakikat penciptaan mahluk lain di alam semesta ini, berikut firman-Nya: 

“Dan tidak aku menciptakan manusia selain untuk beribadah kepada-KU.

Tapi disamping untuk tujuan beribadah, masih ada tujuan lain yang jauh lebih besar daripada itu. Adapun allah mensematkan ruh yang suci kedalam diri setiap manusia adalah dalam rangka untuk menyelamatkannya dari siksa api neraka. Dengan cara apa allah ingin menyelamatkan manusia dari semua azabnya yang pedih di hari akhir kelak. Hati ruhaniah adalah tempat bersemayamnya iman, tempat datangnya hidayah, tempat masuknya hikmah. Sementara ketajaman mata hati dan pendengaran adalah sarana yang allah siapkan bagi manusia agar manusia dapat banyak belajar tentang alam sementa, mengetahui hakikat kebenaran dan lebih mengenal diri, penciptanya dan seluruh hasil ciptaan Allah. Jika ia sudah mengetahui semua hakikat kemanusiaa dan ketuhanannya, maka bertebaranlah kita semua di muka bumi ini untuk menyebarkan kebenaran, saling tolong menolong dan saling nasehat-menasehati. Agar makin banyak lagi orang yang sudah terlanjur sesat bisa diselamatkan ke jalan yang lurus. Agar kita bisa menularkan hakikat kebenaran kepada saudara-saudara kita yang kurang pemahamannya tentang ilmu agama. Disinilah allah akan melihat kualitas derajat manusia yang sebenarnya. 

Disamping juga sebagai sarana agar kita bisa mengenal siapa yang menciptakan kita dan hasil dari pemahaman itu adalah untuk membuat kita berubah menjadi mahluk-Nya yang mulia di sisi-Nya. Diakhir hayat kelak di alam barzah, maka ruh yang pernah bersemayang dalam diri kita akan dikembalikan lagi ke pangkuan-Nya dalam keadaan bersih dan suci, sementara tubuh kita sudah hancur dimakan ulat dalam tanah, dan tinggal lah jiwa kita yang akan menjadi saksi, menyangkal atau mengiyakan semua perbuatan kita ketika di dunia. Jiwa ini yang akan menanggung semua hasil perbuatan kita. Karena sebagaimana sudah diketahui bahwa diawal penciptaannya, jiwa sudah bersedia menjadi saksi kelak, dibekali pemahaman tentang hakikat penciptanya, sudah diberi pemahaman tentang nilai kebaikan dan keburukan serta di berikan kebebasan menentukan pilihan. Jadi sudah cukup bagi jiwa itu untuk mempertanggung jawabkan semua tindakan atas dirinya. 

Dan lihatlah apa yang dilakukan manusia dengan ketiga unsure ini pada kehidupan sehari-harinya, mereka urung memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, sebaliknya mata hanya digunakan untuk melihat materi yang indah-indah, telinga banyak digunakan untuk mendengarkan music dibanding ayat-ayat al quran dan hati dibiarkan mengikuti ambisi hawa nafsu. Mereka urung memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya maka jadilah mereka manusia yang buta, tuli dan sesat. Dan faktanya mereka memang melakukan ketaatan, namun semua itu hanya ditujukan untuk kepentingan diri sendiri dan mendapat penghargaan dari orang lain. Melakukan kebaikan dengan mengharap imbalan, melakukan ibadah agar mendapat pujian dan pengakuan, menimba ilmu agar mendapat gelar, dan seterusnya berbagai niat yang bukan ditujukan untuk memuliakan diri bahkan menjadikan dirinya kufur dihadapan allah. Maka begitulah allah menyebut mereka golongan yang berada dalam kerugian yang amat besar. Kenapa mereka dimasukkan dalam golongan rugi di akhirat kelak? Ini ada kaitannya dengan saat proses penimbangan amal, pada saat penghitungan di timbangan ternyata banyak amalan terbuang sia-sia, padahal ia sudah melaksanakan semua kewajiban sesuai tuntunan. Tetapi ketika di perlihatkan ternyata amalan itu tidak ditujukan untuk mensucikan hatinya, tidak ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah melainkan untuk niat lain. 

Jiwa yang menjadi saksi pada saat itupun membenarkan bahwa semua amal ibadahnya dilakukan dalam rangka untuk sekedar menjalankan kewajiban, bukan karena mengharap ridho-Nya, atau ada juga yang niat agar bisa dinaikkan pangkatnya, atau agar diberikan rizki yang banyak, dan agar-agar lain. Sungguh manusia pada saat itu sudah berada dalam kerugian yang besar, karena pada akhirnya semua amal solehnya itu tidak ditimbang sedikitpun melainkan dicaci maki dan dilemparkan begitu saja. Maka bangkrutlah orang itu seketika di depan Allah sebagaimana hadist berikut ini: Kata Abu Hurairah ra. 

Bahwa Nabi saw pernah bersabda;”Apakah kalian tahu orang yang bangkrut!” Para sahabat menjawab;”Ya Rasulullah, orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan kenikmatan.

” Sabda Nai saw:’ Orang yang bangkrut di kalangan umatku kelak ialah orang yang pada hari kiamat didatangkan amal shalatnya, puasanya dan zakatnya, justru amal itu akan dicaci-caci dan dilemparkan begini…”

Berikut kisah pengadilan akhirat yang terdapat dalam hadits Rasulullah dari Abu Hurairah. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim, An-Nasa-i, Imam Ahmad dan Baihaqy. Kisah yang sama dalam teks hadits yang berbeda juga diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan al-Hakim. Di akhir hadits, Abu Hurairah bahkan membaca firman Allah yang menjadi hikmah pelajaran atas kisah tersebut.  

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan,” (QS Hud: ayat 15-16). 

Ada tiga orang yang sedang menanti sidang dengan kepercayan diri amat senang. Ketiganya yakin betul akan diputuskan menjadi penghuni surga. Namun pengadilan Allah jauh berbeda dengan pengadilan manusia. Allah Maha Tahu segala hal meski ukurannya seberat dzarrah. Allah pun memiliki sifat Maha adil yang memutuskan setiap perkara tanpa dzalim. Tiga orang yang merasa menjadi calon penghuni surga ini pun terbelalak. Mereka yang terdiri dari orang-orang shalih itu justru berakhir di neraka. Mereka diseret dengan kasar ke dalam api yang membara. Apa gerangan yang terjadi? Rupanya mereka hanyalah shalih di pandangan manusia, namun tak mentauhidkan Allah dalam niat amal mereka. 

Orang pertama dipanggil menghadap Allah. Ia merupakan seorang pria yang mati syahid. Si pria mengakui banyaknya nikmat yang diberikan Allah padanya. Allah pun bertanya, “Apa yang telah kau perbuat dengan berbagai nikmat itu?” Mujahid itu menjawab, “Saya telah berperang karena-Mu sehingga saya mati syahid,” ujarnya. Allah ta’ala pun menyangkalnya, “Kau telah berdusta. Kau berperang agar namamu disebut manusia sebagai orang yang pemberani. Dan ternyata kamu telah disebut-sebut demikian,” firmanNya. Mujahid riya itu pun diseret wajahnya dan dilempar ke jahannam. 

Orang kedua pun dipanggil. Ia merupakan seorang alim ulama yang mengajarkan Alquran pada manusia. Seperti orang pertama, Allah bertanya hal sama, “Apa yang telah engkau perbuat berbagai nikmat itu?” Sang ulama menjawab, “Saya telah membaca, mempelajari dan mengajarkannya Alquran karena Engkau,” ujarnya. Namun Allah berfirman, “Kamu berdusta. Kau mempelajari ilmu agar disebut sebagai seorang alim dan kau membaca Alquran agar kamu disebut sebagai seorang qari,” Allah, mengadili. Sang alim ulama pun menyusul si mujahid, masuk ke neraka yang apinya menjilat-jilat. 

Orang ketiga pun dipanggil. Kali ini ia merupakan seorang yang sangat dermawan. Sang dermawan dianugerahi Allah harta yang melimpah. Allah pun menanyakan tangung jawabnya atas nikmat itu, “Apa yang telah engkau perbuat dengan berbagai nikmatKu” firmanNya. Sang dermawan menjawab, “Saya tidak pernah meninggalkan sedeqah dan infaq di jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau,” jawabnya. Dia pun tak jauh beda dengan dua orang sebelumnya. “Kau berdusta,” firman Allah. “Kau melakukannya karena ingin disebut sebagai seorang dermawan. Dan begitulah yang dikatakan orang-orang tentang dirimu,” firmanNya. Sang dermawan yang riya ini pun diseret dan dilempar ke neraka, bergabung dengan dua temannya yang juga menyimpan sifat riya di hati. 

Di mata manusia, ketiganya merupakan seorang yang taat beribadah dan diyakini akan menjadi penduduk surga. Namun hanya Allah yang mengetahui segala isi hati hambaNya. Ketiganya tak pernah mengikhlaskan amalan untuk Allah, melainkan agar diakui manusia. Mereka pun berakhir di neraka dan menjadi penghuni pertama neraka. Nauzubilah minjalik

SIAPA SOSOK RUH DALAM DIRI MANUSIA

Nuurislami.blogspot.com Siapa sosok ruh yang ada dalam diri kita? Sudahkah kita mengenal dia dan sadarkah kita dengan keberadaannya, hidup kita sangat tergantung pada setiap tindak-tanduk yang ia lakukan. Lalu siapa sosok ruh itu sebenarnya? Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas Ruh, maka ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui perbedaan mendasar antara Jiwa dengan Ruh. Sebab, banyak di antara kita yang merancukan keduanya.

Ruh adalah untuk menggambarkan ‘sesuatu’ yang menyebabkan munculnya kehidupan pada benda-benda yang tadinya mati, sekaligus 'menularkan' sifat-sifat ketuhanan kepadanya. Selain itu, kata Ruh juga digunakan untuk menggambarkan malaikat, dalam bentukan kata Ruh al Qudus dan Ruh al Amin. Roh adalah suci, ciptaan Allah, sehingga ia dikategorikan sebagai Makhluk. Ayat berikut ini menggambarkan fungsi kehidupan ruh.

 QS. As Sajadah (32) : 9 “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya Ruh Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”

Setidak-tidaknya ada tiga hal yang menyebabkan Ruh dan Jiwa berbeda. Yang pertama, karena substansinya. Yang kedua, karena fungsinya. Dan yang ketiga, karena sifatnya.  

1. Perbedaan yang pertama, pada substansinya.

  Jiwa dan Ruh berbeda dari segi kualitas ‘dzat’nya. Jiwa digambarkan sebagai dzat yang bisa berubah-ubah kualitasnya: naik dan turun, pasang dan surut, kotor dan bersih, penuh dan kosong dan seterusnya. Sedangkan Ruh digambarkan sebagai dzat yang selalu baik dan suci, serta berkualitas tinggi. Bahkan digambarkan sebagai 'turunan' dari Dzat Ketuhanan.

 QS. Al Hijr (15) : 29 “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya RuhKu, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”

Tingginya kualitas Ruh itu tergambar dari 2 hal, sebagaimana disebutkan ayat di atas. Yang pertama, ditunjukkan oleh keharusan tunduk seluruh malaikat kepada manusia. Dan yang kedua, ditunjukkan oleh penggunakan 'kata ganti' KU, yang menggambarkan bahwa Allah mengakui betapa dekatNya dzat yang bernama Ruh itu dengan Allah. Kita semua tahu, malaikat tunduk kepada Adam setelah Allah 'meniupkan' RuhNya kepada Adam. Setelah Allah menyempurnakan kejadian Adam sebagai seorang manusia.

Jadi, kita bisa mengambil kesimpulan umum, bahwa kualitas Ruh itulah yang menyebabkan meningkatnya martabat seorang manusia, sehingga menjadikan para malaikat menghormatinya. Yang kedua, ketinggian dzat yang disebut Ruh itu terlihat dari bagaimana Allah mengatakannya sebagai Ruh Ku. Tidak pernah Allah, dalam firmanNya, menggunakan kata ganti kepunyaan 'KU' untuk Jiwa. Misalnya, mengatakan 'JiwaKU'. Tetapi Dia menggunakan kata ganti kepunyaan itu, untuk menggambarkan itu adalah Ruh-Nya. Penggunaan kata Ruh Ku ini tentu jangan ditafsirkan sebagai Ruh Allah yang masuk ke dalam diri manusia. Melainkan itu Ruh milik (ciptaan) Allah. Meskipun, di ayat lain, Allah juga mengatakan sebagian dari RuhKu, yang menggiring kita pada pemahaman bahwa Allah ‘mengimbaskan’ sebagian dari sifat-sifatNya kepada manusia lewat Ruh itu. Dengan adanya Ruh itulah manusia jadi memiliki kehendak. Dengan Ruh itu pula manusia bisa berilmu pengetahuan. Dengan Ruh itu pula ia menjadi bijaksana, memiliki perasaan cinta dan kasih sayang, serta berbagai bagai sifat ketuhanan, dalam skala manusia. Ya, Ruh adalah dzat yang menjadi media penyampai Sifat-sifat Ketuhanan di dalam kehidupan manusia. QS Tahrim (66) : 12  

dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari Ruh Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang ta'at. QS. As Sajdah (32) : 9 Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya Ruh Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Dalam kaitannya dengan fisik, Allah menjelaskan bahwa Ruh tersebutlah juga dilengkapi dengan seperangkat kemampuan pendengaran, penglihatan dan hati. Ketiga unsure ini adalah merupakan salah satu dari nama-nama dan sifat-sifat terbaik allah yang kesemuanya terhimpun dalam 99 nama Asmaul Husnah. Kemampuan pendengaran yang berasosiasi dengan sifat allah yang maha mendengar (al Sammi), kemampuan penglihatan yang berasosiasi dengan salahs satu sifat allah yang maha melihat (Al Bashir) dan hati yang mana ini bukanlah bagian dari hati yang berbentuk segumpal darah dan berwarna merah, namun itu berhubungan dengan unsure yang amat peka dan paling lembut dari sifat allah yang didalamnya akan menjadi tempat masuknya hidayah, al hikmah, dan wahyu. Didalam lubuk hati kepunyaan allah yang melekat dalam unur ruh inilah nabi Muhammad saw menerima wahyu melalui malaikat jibril.

Jika tidak adanya ketiga unsure Ruh inilah, maka fungsi penglihatan pada mata, pendengaran pada telinga dan 'hati' tidak akan mampu menghasilkan kefahaman bagi seorang manusia. Dengan Ruh yang maha melihat, maha mendengar dan memahami inilah manusia dapat mengambil pelajaran. Jika tidak ada ruh maka manusia akan bertindak bagai seekor binatang saja. Hal ini dikemukakan oleh Allah dalam firmanNya. QS. Al A'raaf (7) : 179

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."

 Jadi kita bisa merasakan betapa istimewa dan terpujinya Ruh ini. Pada Ruh lah yang menjadikan kita sebagai manusia seutuhnya, yang 'menularkan' Sifat-sifat terpuji Allah yang Serba Sempurna dalam skala kehidupan manusia. Karena demikian tingginya kualitas Ruh itu, maka di ayat lain, Allah menegaskan bahwa Ruh adalah urusan Allah. QS. Al Israa' (17) : 85  

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit

2. Perbedaan yang kedua, antara Jiwa dan Ruh adalah pada fungsinya. 

Jiwa digambarkan sebagai ‘sosok’ yang bertanggung jawab atas segala perbuatan kemanusiaannya. Bukan Ruh yang bertanggung jawab atas segala perbuatan manusia, melainkan Jiwa. Karena dalam proses penciptaannya, sosok jiwa sudah diambil sumpah untuk menjadi saksi keesaan allah ketika di alam ruh, berikut firman Allah swt dalam surah (Al Araaf:172) yang bermaksud:

Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman : ”Bukakankan Aku ini Tuhanmu”, mereka menjawab :”Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah oran-orang lalai terhadap keesaaaan Mu. 

Ruh adalah dzat yang selalu baik dan berkualitas tinggi. Sebaliknya Hawa Nafsu lawammah adalah dzat yang berkualitas rendah dan selalu mengajak kepada keburukan. Sedangkan Jiwa/nafs adalah dzat yang bisa menentukan pilihan, jalan kebaikan atau keburukan. Maka, Jiwa yang akan bertanggung jawab terhadap pilihannya itu. Surah Asy Syams (91:7-10) . Firmanya yang bermaksud:

"Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya.

Setiap Jiwa akan menerima konsekuensi atau balasan dari perbuatan jeleknya atau perbuatan baiknya. la terkena hukum dosa dan pahala. Sedangkan Ruh, selalu ‘mengajak’ kepada kebaikan. Ini juga ada kaitannya dengan istilah Ruh yang digunakan untuk menyebut malaikat. Malaikat adalah agent kebaikan. Lawan dari Iblis dan setan sebagai agent kejahatan.

 QS. Al Mursalat (77) : 1 Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan,

QS. Fathiir (35) : 5 Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.

 3. Dan yang ketiga, Perbedaan itu ada pada sifatnya.

Jiwa bisa merasakan kesedihan, kecewa, kegembiraan, kebahagiaan, ketentraman, ketenangan, dan kedamaian. Sedangkan Ruh bersifat stabil dalam 'kebaikan' tanpa mengenal perbandingan suasana. Ruh adalah kutub positif dari sifat kemanusiaan. Sebagai lawan dari sifat setan yang negatif. Dalam kalimat yang berbeda, Ruh juga digambarkan bagaikan malaikat yang mengajak pada cahaya yang terang benderang, melepaskan diri dari dunia kegelapan hawa nafsu. Seiring dengan substansi malaikat yang terbuat dari cahaya.

Sedangkan Jiwa adalah sosok yang 'bergerak' dan kualitasnya berubah terus di antara 'kutub cahaya' sang Ruh dengan 'kutub kegelapan' badan manusia yang terbuat dari tanah. Antara 'kutub malaikat' dan 'kutub setan'. Jadi kalau digambarkan secara ringkas, Allah menciptakan badan manusia dari material tanah dan kemudian 'meniupkan' sebagian Ruh-Nya kepada badan itu. Maka, hiduplah' bahan organik tanah' menjadi badan manusia, disebabkan oleh adanya Ruh. Dan akibat dari bersatunya Badan dan Ruh, sejak saat itu pula mulai aktiflah Jiwa manusianya.

Jadi, Jiwa adalah akibat. Bukan penyebab. Penyebab utama adalah masuknya Ruh ke dalam badan, kemudian muncullah Jiwa sebagai hasil interaksi antara Ruh dengan Badan. Di dalam badan yang sudah ada Ruhnya itulah Jiwa berkembang mencapai bentuknya yang tertinggi. Ada 2 kutub yang saling tarik-menarik di dalam diri kita, yaitu : Ruh dan Badan.

Ruh mewakili sifat-sifat malaikat yang penuh dengan ketenangan, ketaatan, keikhlasan, akal sehat, kesucian, cinta kasih dan kesempurnaan. Sedangkan badan mewakili sifat-sifat iblis dan setan yang menggambarkan kehidupan materialistik, pemenuhan kebutuhan badaniah, hawa nafsu, keserakahan, kesombongan, pertentangan, kemarahan, dan segala tipu daya kehidupan.

Dalam kalimat berbeda, Ruh menggambarkan Akhirat sebagai kehidupan yang sesungguhnya, sedangkan Badan menggambarkan Dunia sebagai kehidupan sementara yang penuh kepura-puraan dan semu. Ruh adalah adalah sumber Akal Sehat, sedangkan Badan adalah sumber Hawa Nafsu!



Untuk memberi keyakinan yang lebih dalam lagi kepada diri kita bahwa didalam unsure ruh manusia ini terdapat unsure dzat maha suci allah yaitu 2 dari 99 asmaul husnah, diantaranya sifat maha mendengar dan maha melihat serta maha mengetahui. Simak uraian berikut ini mengenai proses keluarnya ruh dari dalam jasad ketika menjelang kematian. Bagi kaum yang beriman, maka allah memerintahkan malaikat untuk menulis sebagian asma allah di telapak tangannya, barulah ruh itu dengan sukaren keluar dari jasad dalam keadaan tenang.
 
Baginda Rasullullah saw bersabda:

Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai kelutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu.”

Sambung Rasullullah saw lagi:

“Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibrail as akan menebarkan sayapnya yang di sebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada di sekelilinginya. Ini adalah kerana sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibrail as “Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail as akan menebarkan sayap di sebelah kiri. Maka orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang di sekelilinginya. Ini adalah kerana terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya.

Dari sebuah hadis bahawa apabila Allah swt menghendaki seorang mukmin itu dicabut nyawanya maka datanglah malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir dari mulut orang mukmin itu dengan berkata: “Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini kerana orang ini sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada Allah swt ” Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada Allah swt dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu.

Lalu Allah swt berfirman yang bermaksud:

“Wahai malaikat maut, kamu cabutlah ruhnya dari arah lain.” Sebaik saja malaikat maut mendapat perintah Allah swt maka malaikat maut pun cuba mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari arah tangan orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu. Maka berkata tangan: Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan.” Oleh kerana malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan maka malaikat maut cuba pula dari arah kaki. Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata: Tidak ada jalan bagimu dari arah ini Kerana kaki ini sentiasa berjalan berulang alik mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-majlis ilmu.” Apabila gagal malaikat maut mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut cuba pula dari arah telinga. Sebaik saja malaikat maut menghampiri telinga maka telinga pun berkata: “Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana telinga ini sentiasa mendengar bacaan Al-Quran dan zikir.” Akhir sekali malaikat maut cuba mencabut orang mukmin dari arah mata tetapi baru saja hendak menghampiri mata maka berkata mata: “Tidak ada jalan bagimu dari arah ini sebab mata ini sentiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini sentiasa menangis kerana takutkan Allah.” Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah swt.

Kemudian Allah swt berfirman yang bermaksud:

“Wahai malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh orang yang beriman itu. ” Sebaik saja mendapat perintah Allah swt maka malaikat maut menghampiri roh orang itu dan menunjukkan Asma Allah swt. Sebaik saja melihat Asma Allah dan cintanya kepada Allah swt maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut dengan tenang. 
Maha benar allah dengan segala firman-Nya.


Nb: Artikel ini berasal dari hasil tulisan ustadz Hakim Bawazier yang dipublish tanggal 12 april 2012. Akibat berbagai perkembangan ilmu maka di tanggal 21 nopember 2014 ini atau setelah 2 tahun artikel ini beredar maka ia mengalami perubahan dan perbaikan untuk mendapatkan lebih baik lagi pemahaman dan pengetahuan bagi yang membacanya. Semoga bermanfaat.

BUKTI KEBESARAN ALLAH PADA AKAL MANUSIA

Nuurislami.blogspot.com Berikut beberapa hasil penelitian tentang otak atau akal yang menunjukkan perilaku akal bereaksi positif terhadap suatu rangsangan yang bersifat spiritual. Penelitian ini banyak dilakukan di dunia barat, mereka ingin mengetahui hubungan korelasi antara aktivitas otak dengan aktivitas keagamaan serta sisi kejiwaan dan tingat kecerdasan seseorang, dan hasilnya sungguh sangat mengejutkan. Penelitian itu banyak mengungkapkan bahwa otak atau akal selalu merespon positif pada apa saja yang berkaitan dengan hal bersifat spiritual keagamaam, terutama ketika itu dikaitkan dengan ayat-ayat suci Al Quran. Otak baru mau menunjukkan aktivitas yang signifikan ketika ia diperdengarkan dengan alunan bacaan al quran, mulai dari menghilangkan stress hingga membuat seorang bayi menjadi lebih baik daya tangkapnya. Otak ternyata tidak bisa berkembang sendiri dan tidak bisa bertindak sendiri, ia membutuhkan rangsangan, mulai dari hal-hal yang bersifat teknis, teoritis hingga yang bersifat spiritualis. Dan untuk membuatnya semakin dahsyat lagi, ada baiknya anda membaca serangkaian hasil observasi para ahli berikut ini dan renungkan makna ayat firman allah berikut ini:

Mahabenar Allah yang telah berfirman, “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. 7: 204).

1. Hubungan aktivitas spiritual dengan system kerja otak

 

Sebuah ah penelitian medis baru-baru ini mengungkapkan adanya serangkaian perubahan dalam tubuh manusia selama ia dalam keadaan berdoa (shalat) atau meditasi. Menurut penelitian tersebut, perubahan pertama yang tampak adalah adanya integrasi pikiran sepenuhnya dengan alam semesta setelah lima puluh detik memulai doa (shalat) atau meditasi. Studi yang dilakukan oleh Ramchandran, seorang peneliti Amerika, bersama-sama dengan sekelompok peneliti lainnya menunjukkan bahwa laju pernapasan dan konsumsi oksigen dalam tubuh manusia berkurang selama doa (shalat) dalam kisaran antara 20 dan 30%, di samping resistensi kulit meningkat dan darah tinggi lebih membeku.
Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa sebuah gambar yang ditangkap melalui CT scan menunjukkan adanya aktivitas kerja otak yang sangat menakjubkan selama seseorang itu berdoa (shalat). Tercatat bahwa gambar otak seseorang dalam keadaan berdoa (shalat) atau meditasi berbeda dengan gambar (otak) dalam keadaan normal. Aktivitas sel-sel saraf di otak telah berkurang dan terdapat warna mengkilap yang muncul di radiologi. Ramchandran menegaskan bahwa hasil gambar ini merupakan bukti ilmiah mengenai apa yang yang disebut “spiritual transenden” dan kehadiran agama di dalam otak, yang membawa dampak terhadap seluruh anggota, seperti otot, mata, sendi dan keseimbangan organ-organ tubuh. Ia juga menambahkan bahwa semua anggota tubuh mengirim sinyal ke otak selama seseorang berdoa (shalat) atau meditasi, hal inilah yang menyebabkan aktivitas otak meningkat, sehingga otak kehilangan kontak dengan tubuh sepenuhnya hanya menjadi pikiran murni dan menarik diri dari alam dunia ke dunia lain. Pada gilirannya, penelitian tersebut merupakan upaya yang signifikan dari para ilmuwan untuk mengungkap batas hambatan antara manusia dan rahasia otak.



2. Pengaruh bacaan al Qur’an pada syaraf, otak dan organ tubuh lainnya.

 

Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar. Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al-Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya. Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-Qur’an. Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.


3. Hubungan Alunan ayat suci al Quran dengan Kecerdasan Anak Baru Lahir

 

Ternyata Al-Qur’an dapat merangsang tingkat inteligensia (IQ) anak, yakni ketika bacaan ayat-ayat Kitab Suci itu diperdengarkan dekat mereka. Dr. Nurhayati dari Malaysia mengemukakan hasil penelitiannya tentang pengaruh bacaan Al-Qur’an dapat meningkatkan IQ bayi yang baru lahir dalam sebuah Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam sekitar tujuh tahun yang lalu. Dikatakannya, bayi yang berusia 48 jam saja akan langsung memperlihatkan reaksi wajah ceria dan sikap yang lebih tenang. Penulis pun mempunyai seorang keponakan yang lahir tahun 2002. Entah ada kaitan dengan dengan argumentasi di atas, yang jelas sebelum umurnya satu tahun, ia sering baru bisa tidur bila di sampingnya diperdengarkan suara orang mengaji melalui tape recorder. Seperti diketahui, dengan mendengarkan musik, detak jantung bayi menjadi teratur. Malah untuk orang dewasa akan menimbulkan rasa cinta. Hanya arahnya tidak tentu. Sedangkan Al-Qur’an, selain itu, sekaligus menimbulkan rasa cinta kepada Tuhan Maha Pencipta. Jadi, bila bacaan Al-Qur’an diperdengarkan kepada bayi, akan merupakan bekal bagi masa depannya sebagai Muslim, dunia maupun akhirat. Dalam musik terkandung komposisi not balok secara kompleks dan harmonis, yang secara psikologis merupakan jembatan otak kiri dan otak kanan, yang output-nya berupa peningkatan daya tangkap/konsentrasi. Ternyata Al-Qur’an pun demikian, malah lebih baik. Ketika diperdengarkan dengan tepat dan benar, dalam artian sesuai tajwid dan makhraj, Al-Qur’an mampu merangsang syaraf-syaraf otak pada anak. Ingat, neoron pada otak bayi yang baru lahir itu umumnya bak “disket kosong siap pakai”. Berarti, siap dianyam menjadi jalinan akal melalui masukan berbagai fenomena dari kehidupannya. Pada gilirannya terciptalah sirkuit dengan wawasan tertentu. Istilah populernya apalagi kalau bukan “intelektual”. Sedangkan anyaman tersebut akan sernakin mudah terbentuk pada waktu dini. Neoron yang telah teranyam di antaranya untuk mengatur faktor yang menunjang kehidupan dasar seperti detak jantung dan bernapas. Sementara neoron lain menanti untuk dianyam, sehingga bisa membantu anak menerjemahkan dan bereaksi terhadap dunia luar. Selama dua tahun pertama anak mengalami ledakan terbesar dalam hal perkembangan otak dan hubungan antar sel (koneksi). Lalu setahun kemudian otak mempunyai lebih dari 300 trilyun koneksi, suatu kondisi yang susah terjadi pada usia dewasa, terlebih usia lanjut. Makanya para pakar perkembangan anak menyebut usia balita sebagai golden age bagi perkembangan inteligensia anak.


CIRI MANUSIA BERAKAL


Apa peran akal sebenarnya dalam kehidupan manusia secara keseluruhan, mengapa Allah mengistimewakan manusia yang berakal atau seperti yang biasa disebut dalam al quran beberapa kali ditujukan pada “manusia yang berpikir”.Seberapa besar manfaat akal ini bagi manusia atau bahkan bagi keberlangsungan mahluk hidup lainnya yang ada di muka bumi ini jika memang memiliki tujuan dan manfaat.

Sebagaimana kita ketahui, manusia memiliki akal yang dinamis. Sedangkan malaikat hanya memiliki akal yang statis sehingga hanya mengetahui hal-hal yang diajarkan langsung oleh Allah saja. Tapi meski manusia dibekali akal yang sempurna, organ ini dianggap masih memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Salah satu kelemahan akal manusia adalah, dalam hal mendefiniskan kata-kata yang tertera dalam al-quran, perbedaharaan kata dan kosa kata yang dimiliki akal manusia sangat terbatas atau memiliki keterbatasan, misalnya dalam mendefiniskan kata alam semesta raya, yang dimaksud al quran mungkin jauh lebih besar dan lebih luas dari apa yang dipikirkan manusia, namun itu tidak bisa dijabarkan atau didefinisikan sesuai dengan yang ada dalam al quran, karena akal manusia memiliki keterbatasan. Akal ini tidak bisa memberikan padanan kata yang sesuai dengan arti kata yang di maksud oleh al quran.

Akal memang diciptakan sebagai bagian penunjang bertugas mengarahkan organ tubuh lainnya untuk melakukan aktivitas berjalan misalnya, dengan cara mengirim signal kepada organ kaki untuk bergerak dan menuju lokasi yang diinginkan. Fungsi akal yang lain adalah ia mampu mengatur urutan suatu rangkaian dengan sangat rinci, beraturan dan bersesuaian tergantung jenis kebutuhannya. Akal juga mampu bergerak maju mundur dan bolak balik sehingga ia menemukan titik temu yang sesuai, selama ia terus menerus diberi stimulus. latihan dan pemahaman, maka akal akan mampu membawa pelakunya menjadi pribadi yang cerdas.


Disamping itu bukan hanya manusia yang dibekali akal, binatang pun memiliki otak dan akal untuk menjalankan kehidupannya. Lalu apa bedanya otak yang dimiliki manusia dengan yang di miliki hewan. Pada kenyataannya ternyata ada banyak hewan yang sudah dikategorikan hewan cerdas dan pintar setelah mereka mendapat pelatihan secara terus menerus, misalnya kera atau orang utan, burung gagak, burung kaka tua, ikan lumba-lumba, dan lain sebagainya yang dianggap memiliki kecerdasan sama halnya manusia. Lalu jika memang hewan pun memiliki akal dan mereka juga mendapat julukan mahluk cerdas yang selalu menggunakan akalnya dalam kegiatan mencari makanan, mencari tempat tinggal, mencari pasangan, berkembang biak dan lain sebagainya. ini berarti akal yang dimaksud di sini juga memiliki kesamaan fungsi dengan yang dimiliki manusia.

Lalu pada sisi mana yang membedakan dan kelebihan apa yang dimiliki akal manusia jika dibanding dengan hewan? Jawabannya, ternyata akal manusia tidak berdiri sendiri, ia bukan organ yang bisa diberi tanggung jawab besar, diantaranya mengambil keputusan dan memberi hikmah, ia memang bisa banyak belajar dan menjadi terlatih, berkat kerja keras berusaha sekuat tenaga melakukan banyak latihan, berbagai pengulangan, melakukan pengujian dan sebagainya. Namun akal tidak bisa mengambil kesimpulan, tidak bisa mengembangkan pemikiran, fungsi ini ada di hati. Hanya dalam hati yang  bersungguh-sungguh maka akan ada petunjuk dan pemahaman. Hati adalah tempat menyerap, menyaring dan mengembangkan sebuah gagasan. Hati adalah tempat datangnya hikmah.


Lalu bagaimana islam memandang tingkat kecerdasan manusia? Dari sisi apa dan dalam hal apa manusia dianggap berhasil menggunakan akalnya sehingga ia bisa dikategorikan manusia cerdas melebihi kecerdasan yang dimiliki hewan. Dalam berbagai firman-Nya Allah selalu mengajak manusia ke jalan lurus sehingga ia bisa menjadi manusia yang tinggi derajatnya. Ketinggian derajat dalam hal apa sehingga allah mengistimewakan manusia yang berakal ini untuk layak disebut mahluk yang layak dijadikan acuan atau contoh yang baik untuk diikuti oleh mahluk lain. Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang firmanNya:

لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ “…terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal…”

Allah berfirman: إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ . الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (‘Aali ‘Imraan: 190-191)

al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang firmanNya:

لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ “…terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal…”

Apa saja tanda bagi orang berakal, berikut uraiannya:
Yaitu mereka mempunyai akal yang dinamis banyak digunakan untuk mengamati, mempelajari, memperhatikan, menggali dan mengkaji berbagai bidang keilmuan tentang alam semesta secara terus menerus, baik pagi siang dan malam hanya digunakan untuk menjelajahi berbagai sistem tata surya misalnya, maka dengan ijin dan petunjuk allah melalui hatinya kemudian allah menyelipkan hikmah dan intisari dari semua tindakannya itu bahwa semua proses penciptaan alam semesta ini pada akhirnya akan bermuara pada kekuasaan allah semata. Bahwa pada akhirnya manusia akan menjadi saksi akan adanya kebesaran allah di alam semesta ini.


Allah memang melebihkan kemampuan akal manusia, jauh lebih baik daripada akal mahluk lain, semata-mata karena ingin mengajak manusia mengenal lebih banyak lagi hasil karya ciptaan allah yang maha agung dan maha dahsyat ini. Allah ingin manusia mengenal lebih luas lagi dan memahami betapa banyaknya karunia allah limpahkan di alam ini, tidak hanya sebatas yang ada di muka bumi, tetapi seluruh alam ini; bumi, bulan, bintang, matahari, ribuan galaksi bertebaran di angkasa, semua itu ada maksud dan tujuannya. Peristiwa ini tidak bisa dilakukan oleh malaikat dan bangsa jin, karena sumber daya mereka terbatas. Disamping manusia juga diberikan kemampuan melihat dan membaca (melalui dzat al bashirah) lebih cermat dan teliti karena disaat bersamaan juga allah mencurahkan karunianya dalam bentuk pemahaman dan hikmah yang masuk melalui indera pendengarannya (dzat al sammi) tentang kedalaman ilmu ke dalam relung hatinya sehingga manusia dapat membuka lebih luas lagi berbagai bidang ilmu kebathinan yang sesungguhnya itu jauh lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan jauh lebih besar kemaslahatannya dibanding ilmu-ilmu pengetahuan yang didapatnya saat ini.


Allah berfirman tentang mereka: وَكَأَيِّن مِّنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ
‪.‬ وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُم بِاللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشْرِكُونَ

Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). (Yusuf 105-106)

Kemudian Allah menyebutkan sifat Ulul Albaab (orang-orang yang berakal) dengan firmanNya: الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ

orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring

Maksudnya, ketika mereka tidak putus-putusnya belajar, berusaha sungguh-sungguh mengamati dan mencari hikmah yang terpendam di dalamnya maka allah juga memberi mereka jalan pemahaman melalui hatinya. Yang dimaksud orang yang mengingat allah sambil berdiri, duduk dan berbaring adalah karena akal mereka tidak pernah tidur, akal mereka senantiasa terjaga meski raga mereka terlelap, akal mereka terus menerus tersambung dengan hati, bergerak bolak-balik dan maju mundur
sehingga akal dapat menemukan kesesuaian tahapan dan proses pada sebuah objek yang sedang diamati, proses ini akan terus berlangsung tidak mengenal waktu sehingga pada akhirnya dapat mengambil kesimpulan bahwa di sana ada dzat yang Maha Kuasa.


Allah berfirman: وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِّلْمُوقِنِينَ . وَفِي أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (adz Dzaariyaat 20-21)

Qatadah berkata: “Barangsiapa yang memikirkan penciptaan dirinya sendiri, tahulah dia bahwa dirinya itu hanyalah diciptakan dan persendiannya dilenturkan semata-mata untuk melakukan peribadatan (kepada Allah)” (Tafsir Ibnu Katsir)


Tidak akan hidup hati seorang Muslim, kecuali dipelihara dengan baik oleh sang pemilik. Cara memelihara hati agar terus hidup hingga kita menghadap keharibaan-Nya tiada lain dengan senantiasa menggunakan akal untuk berfikir dan hati untuk berdzikir. Perpaduan dari kedua amalan tersebut akan menjadikan seorang Muslim menjadi insan ulul albab. Yaitu insan yang apabila melihat, mendengar, atau merasa dia berfikir. Pada saat bersamaan, saat ia berdiri, duduk, berbaring, dia terus berdzikir. Inilah manusia yang memahami hakikat kehidupan, sehingga tidak ada fokus utama baginya melainkan berlindung kepada Allah dari panasnya api neraka, karena kelalaian dan kesombongan (QS. 3 : 190, 191).

Orang demikian adalah orang yang hidup hatinya. Hanya ulul albab yang akan bisa melihat dan meyakini sepenuh hati tentang kebesaran Allah. Dan, karena itu ia akan mampu mengendalikan hawa nafsunya. Jadi, hatinya dikuasai dan dikenalikan oleh ilmu (hidayah), bukan ambisi atau pretensi, sehingga kelak ia akan meraih kesempunaan nikmat di dalam surga-Nya.

 “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).” (QS. 79 : 40, 41).

Jadi, untuk menghidupkan hati, setiap Muslim harus membangun tradisi dzikir dan fikir yang berkualitas. Yaitu berdzikir dan berfikir yang setiap saat menjadikan kita semakin siap menjadi Muslim kaffah, semakin bergairah dalam menegakkan kebenaran, semakin percaya diri menjadi seorang Muslim, semakin antusias mempersiapkan kematian, dan semakin rindu bertemu dengan Allah.  

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. 13 : 28).

 Tanpa dzikir dan fikir yang berkualitas, seorang Muslim rawan dalam badai gelombang kehidupan, sehingga goyah keimanan dan keislamannya. Jika hal itu benar-benar terjadi, khawatir hatinya akan mengeras seperti batu dan mendapat kemurkaan Allah.

 “Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. 39 : 22).

 Orang itu bertanya, apa yang dimaksud dengan dibukakan hati itu? Nabi pun bersabda, “Yaitu kelapangan. Sesungguhnya jika cahaya telah dipancarkan ke dalam hati, maka dada menjadi lapang dan terbuka dari menerima rahmat-Nya”. Jadi, mari kita pelihara hati kita agar tetap hidup dalam naungan cahaya Ilahi. Sungguh, keimanan yang ada sekarang pada kita semua adalah nikmat tiada tara. Maka, janganlah disia-siakan.Perbanyaklah berpikir, bahwa dengan iman dalam hati, sebenarnya Allah telah janjikan surga kepada kita.Tetapi jika tidak, kita bisa salah dan tersesat.

 “Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (QS. 10 : 100).

Betapa bodohnya kita jika sudah diberi nikmat iman kemudian kita tidak syukuri dengan membiasakan dzikir dan fikir. Sementara, Allah telah memberikan peluang sangat besar bagi kita untuk meraih kebahagiaan.“Apakah kamu tidak berpikir,” demikian sindir Allah di beberapa penghujung ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Hal ini sudah dibuktikan oleh sebuah hasil riset Harun Yahya tentang tata surya:

Orbit Tata Surya


Menurut seorang Ilmu Astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti bahwa matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana. Sebagaimana komet-komet lain di alam raya, komet Halley, sebagaimana terlihat di atas, juga bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya yang telah ditetapkan. Komet ini memiliki garis edar khusus dan bergerak mengikuti garis edar ini secara harmonis bersama-sama dengan benda-benda langit lainnya. Menurut Harun Yahya, terdapat sekitar 200 miliar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan.

Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah “berenang” sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya. Semua benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang, dan bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing. Semua orbit ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang membangun dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh sekalian alam. Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa.

Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan. Fenomena itu telah disebutkan dalam Alquran sejak abad ke-7 M. Padahal, pada zaman itu manusia tidak memiliki teleskop ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Dalam Alquran disebutkan matahari dan bulan masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

Simak firman Allah SWT dalam surah Al-Anbiya [21] ayat 33: ”Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

Disebutkan pula dalam surah Ya Sin [36] ayat 38: ”Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” Menurut Alquran, keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar: “Demi langit yang mempunyai jalan-jalan.” (QS Az-Zariyat [51]:7)

MATI = MENUJU ALAM KEHIDUPAN ABADI


Allah swt berfirman : “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka dia tahanlah jiwa (orang) yang telah dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS. Az Zumar : 42)


Mati, bagi sebagian besar orang dianggap sebagai momok yang mengerikan yang dapat menimpa siapa saja tanpa memandang waktu dan tempat. Tidak ada orang yang mau berhadapan dengan yang satu ini dengan alas an apapun. Manusia manapun yang hidup di dunia ini sangat pantang menyebut satu kata ini dalam kehidupan sehari-hari, karena bagi mereka mati berarti dimulainya suatu tahap penderitaan. Namun tahukah anda bahwa dalam sebuah peritiwa kematian juga mengandung sebuah pesan bahwa kematian bisa juga diartikan dengan mengakhiri penderitaan. Penderitaan kita selama di dunia memikul beban dosa yang semakin hari semakin bertambah seiring berjalannya waktu.

Bagi kaum muslimin, kematian adalah sebuah berkah, karena menjadi proses akhir kehidupan dunia menuju kehidupan baru yang jauh lebih baik, lebih tenang dan kekal. Sebab kehidupan di akhirat adalah kehidupan nyata dan bersifat abadi yang jauh lebih sempurna jika dibanding kehidupan dunia. Setiap muslim mengetahui dengan pasti bahwa kematian adalah bagian dari proses berpindahnya hidup di alam alam jasad ke hidup di alam ruh. Semua itu adalah bagian dari rukun iman yang mengaharuskan muslim meyakini adanya hari kiamat.

Orang islam memang dalam kehidupan di dunia mereka selalu dididik dengan amat keras menjalani kehidupan, selalu harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan Allah swt dalam segala lingkup kehidupan. Selalu harus bersabar dan tabah menghadapi cobaan dan harus selalu menjaga iman dalam susah dan senang. Tidak ada satupun aturan yang ringan bagi umat islam untuk dijalani karena sifat al basyirah allah yang selalu mengawasi dan maha mengetahui itu, maka manusia tidak diperbolehkan bertindak semena-mena. Tapi disisi lain, allah tidak pernah mengancam umatnya akan mendapatkan siksaan berat jika mereka menghadapi kematian kelak. Justru sebaliknya jika manusia mampu menjaga imannya, maka tidak perlu merasa takut dan trauma pada kematian. Kematian adalah satu bagian dari kehidupan. Kematian adalah sebuah akhir penderitaan fisik dan dimulainya kehidupan fana.

PROSES SAKARATUL MAUT

Apakah anda tahu apa yang menyebabkan datangnya kematian? Proses mati adalah sebuah tahap perpindahan kehidupan jasad/fisik beralih pada kehidupan alam ruh. Sebelum memasuki kehidupan alam ruh, maka aktivitas jasad harus dihentikan terlebih dahulu. Dan proses perpindahan ini juga memang tidak mudah karena sebagaimana ketentuan yang sudah berlaku, maka sebelum ruh melepaskan diri dari jasad/fisik, maka ada sebuah proses ditariknya ruh dari dalam jasad oleh malaikat, apakah dengan cara yang keras atau cara halus. Mengapa terdapat dua cara yang berbeda pada saat proses penarikan ruh? Cara yang keras adalah malaikat mencabut ruh dari jasad dengan cara di tarik sekuat tenaga, maka sakitnya tidak terkira. Namun jika dengan cara yang lembut, maka ruh itu akan keluar bagaikan air mengalir. 


Dan ternyata hal ini terkait dengan kualitas nafas itu sendiri, apakah orang itu selalu melafazdkan asma allah dengan benar atau tidak. Maka didalamnya mengandung hikmah, ternyata ada satu ikatan antara ruh dan jasad dalam setiap tarikan nafas kita. Dalam setiap tarikan nafas manusia terdapat asma allah. Bagi para sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah tiada berbatas dan keatas tiada terhingga. 
Itulah sebabnya pada saat manusia akan mati, maka proses pertama yang harus dilalui adalah mengeluarkan ruh dari dalam jasad, seberapa sulit dan kerasnya cara mengeluarkan ruh itu tergantung dari kualitas tarikan nafas orang tersebut. Jika selama hidupnya, pada setiap tarikan nafasnya kerap berada dalam keadaan suci (wudhu), seluruh anggota badannya selalu melakukan perbuatan terpuji maka ruh itu akan mudah melepaskan diri dari jasadnya. Sebaliknya jika selama hidup, dalam setiap tarikan nafas orang itu kerap berbuat buruk, bergunjing, menghina dan tidak pernah mensucikan diri, maka ruhnya akan sulit dikeluarkan dari jasadnya, karena sangat pekatnya kotoran yang melekat sehingga layaknya perekat yang sudah mengeras, sangat sulit dilepas, itulah sebabnya malaikat harus mengerahkan segenap tenaga untuk mengeluarkan ruh yang kotor ini dari jasadnya, dan itulah yang menyebabkan rasa sakit yang amat sangat.
Setelah ruh keluar maka jasad ini tidak akan bisa bernafas lagi. Kenapa? Karena asma allah sudah keluar dari jasadnya. Tidak ada lagi kehidupan di dalamnya. Dan itulah sebabnya mengapa orang yang sudah mati tidak bisa bernafas lagi, disalurkan oksigen ke dalam mulutnya pun, jasad tidak akan bangun lagi, ia akan tetap tergeletak kaku.

Jika selama di dunia banyak melakukan ibadah dan selalu melalafazkan asma allah, maka ruh itu akan di tarik oleh malaikat dengan cara yang mudah dan berhati-hati. Namun jika ternyata selama hidup di dunia jasadnya banyak melakukan maksiat dan mulutnya membuat fitnah, maka ia akan ditarik dengan sangat keras, dimana ia akan tercekik dan meronta menahan sakit.

Itulah sebabnya mengapa allah mengharuskan manusia untuk berdzikir dan menggemakan asma allah setiap saat. Karena ruh ini yang menyebabkan adanya kehidupan dalam jasad, karena didalamnya ada unsure dan dzat allah yang Maha Suci, bukan semata-mata karena manusia itu bisa menghirup udara. Dalam definisi umum sesungguhnya ketika proses bernafas, maka sesunggunya kita sedang berdzikir dan melafazkan asma allah, dengan syarat orang itu sudah bersuci (wudhu). Orang yang senantiasa menjaga dirinya dalam keadaan bersuci, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan, karena setiap ia menarik nafas maka keluar asma allah yang maha suci dan mengalir ke dalam segenap jiwa dan raganya. 
Ada dua macam kematian bagi manusia, kematian yang disebabkan atas kehendak Allah swt yang sudah menetapkan ruh untuk kembali pada pangkuan-Nya dan kematian yang disebabkan oleh tidak berfungsinya jasad/jasmani sehingga dengan terpaksa ruh harus meninggalkan jasad lebih cepat dan seharusnya. Keduanya masih merupakan misteri bagi manusia, karena tidak akan pernah ada yang tahu mengapa seseorang harus mengakhiri hidupnya, hanya Allah yang tahu dalam keadaan apa, kapan dan di mana manusia diharuskan menghentikan hidupnya di dunia. Karena itu adalah hak prerogative allah swt.

Proses berhentinya kerja jasad ada banyak cara, tapi pada umumnya memiliki sebab-sebab yang masuk akal manusia, meski sesungguhnya ruh masih bersemayam di dalam jasad dan jasad belum sepenuhnya siap untuk kembali ke pangkuan-Nya. Kematian ini dengan sangat terpaksa harus terjadi. Berikut beberapa proses kematian jasad:

1. Kematian jasad di akibatkan oleh suatu penyakit; pada kondisi ini ada sebagian fungsi organ tubuh yang tidak bisa berfungsi sempurnah sehingga mengakibatkan tidak optimalnya fungsi organ yang lain untuk menunjang kehidupan lebih lama lagi. Seandainya orang ini tetap hidup pun, maka tubuhnya tidak akan mampu melakukan banyak hal berarti, bahkan mungkan dapat merepotkan orang lain yang ada disekelilingnya, maka padanya kematian adalah lebih baik. Tapi dalam hal ini tidak ada yang tahu kapan persisnya jasad itu akan dianggap cukup layak untuk diberhentikan secara total, karena itu adalah kewenangan allah swt, manusia hanya diminta untuk berusaha dengan cara berobat dan berdoa. Karena sesungguhnya seseorang yang ditimpanya musibah penyakita adalah dalam rangka menggugurkan dosa-dosanya dimasa lalu. Menunggu hingga saat yang tepat allah baru mau menerima ruh nya kembali pada-Nya dalam keadaan sempurna.

2. Kematian jasad diakibatkan suatu kejadian pembunuhan; kondisi darurat ini diakibatkan adanya niat buruk dari orang lain untuk mengakhiri nyawa seseorang dengan cara menggunakan benda tajam atau senjata api. Sampai tahap ini pun masih ada peran allah yang memutuskan apakah orang tersebut masih diberikan kesempatan untuk selamat atau tidak. Jika ternyata tidak, karena sangat kuatya tekad si pembunuh, maka kejadian pembunuhan itu akan terus berlangsung hingga nyawa si korban tidak tertolong. Namun jika masih diberi kesempatan selamat, maka niat orang jahat itu tidak terlaksana atau allah masih dapat menyelamatkan nyawanya dengan jalan-Nya.

3. Kematian jasad diakibatkan kecelakaan; sebuah situasi yang tidak bisa dihindari, sebagai akibat dari kelalaian manusia mengendalikan kendaraan atau karena kesalahan teknis, yang menyebabkan hilangnya nyawa ratusan orang. Dalam situasi inipun allah masih mempertimbangkan apakah kejadian itu bisa diterima akal manusia atau tidak, sebagai contoh kejadian hilangnya maskapai penerbangan Malaysia MH 370 baru-baru ini, dalam situasi ini allah masih mempertimbangkan hokum manusia, dimana ketika sebuah pesawat dengan jumlah ratusan orang didalamnya tiba-tiba terjadi ledakan besar dalam pesawat, masuk akalkah jika masih ada orang yang selamat. Jika memang masih memungkinkan maka dimungkinkan bagi allah adanya korban selamat, namun jika tidak, maka seluruh penumpang akan memasuki alam baka.

4. Kematian jasad yang diakibatkan datangnya bencana alam; sesuatu peristiwa yang diakibatkan oleh adanya perubahan iklim dan cuaca suatu daerah mengakibatkan terjadinya pergerakan dalam tanah dan timbulnya tekanan di daerah lain maka terjadilah letusan gunung berapi, angin topan, tsunami, badai  dan lain sebagainya yang mana hal ini pun sudah mendapat persetujuan allah untuk terjadi dan akan menimpa sekelompok orang yang ada di daerah tersebut. Maka ini termasuk bukan kematian yang diinginkan oleh manusia maupun allah sendiri, karena ini murni akibat faktor alam yang tidak boleh bertentangan dengan hukum akal manusia. Bagaimanapun buruknya dampak yang ditimbulkan, maka itu harus terjadi. sementara orang-orang yang menjadi korban maka mereka akan mendapat tempat tersendiri kelak di alam barzah. Mereka tergolong sebagai orang yang mengorbankan diri.
Ada satu keistimewaan pada empat jenis kematian jasad yang tidak dikehendaki oleh manusia ini. Pada saat akan menemui ajalnya, dalam diri manusia masih tertera suatu niat baik yang belum terlaksana, maka orang tersebut akan menjadi salah satu golongan yang beruntung, yaitu masuk kedalam kelompok orang yang pertama kali masuk surga. Seandainya dalam satu rangkaian, maka ada ribuan atau jutaan kelompok yang mengantri untuk masuk surga, maka tidak dengan orang ini, allah memberinya keistimewaan, menjadi yang pertama memasuki surga diantara 2 kelompok lainnya, yaitu kaum fakir yang istiqmah dan para penolong agama allah swt. dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash radhiyallahu ‘anhumaa dari Rasulullah SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM, beliau bersabda:
هَلْ تَدْرُونَ أَوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ
Tahukah kalian diantara makhluk Allah yang paling pertama masuk surga?”
Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.”
Beliau bersabda:
أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ الْفُقَرَاءُ
“Diantara makhluk Allah yang paling pertama kali masuk surga adalah golongan orang-orang fakir"
وَالْمُهَاجِرُونَ الَّذِينَ تُسَدُّ بِهِمْ الثُّغُورُ وَيُتَّقَى بِهِمْ الْمَكَارِهُ
dan orang-orang yang berhijrah untuk mengisi tapal-tapal perbatasan antara kaum muslimin dan kafir, yang dengan perantara mereka malapetaka dapat dihindarkan,
وَيَمُوتُ أَحَدُهُمْ وَحَاجَتُهُ فِي صَدْرِهِ لَا يَسْتَطِيعُ لَهَا قَضَاءً
dan salah seorang diantara mereka wafat sedang keinginan yang masih berada di dadanya tidak dapat terlaksana

5. Kematian jasad diakibatkan lanjut usia; setiap manusia diberikan batas waktu dalam kehidupannya, tidak ada yang tahu pasti berapa lama usia yang diberikan, karena itu sudah tertera dalam kitab lauful mahfudz. Yang pada intinya ketika seseorang sudah berada pada lanjut usia, maka allah masih tetap memberikan tenggang waktu untuknya bertobat dan memperbaiki diri. Hingga jika sudah berada pada saat yang tepat allah akan memanggil ruh untuk untuk segera menghadap, meski jasad dan tubuhnya masih sehat dan bugar dan ia tidak mengidap penyakit. Dalam hal ini orang tersebut sudah memenuhi syarat untuk menghadap dan sesuai ketetapan yang tertera pada dirinya.

Ya itulah rahasia kematian jasad yang misterius dan penuh hikmah. Jenis kematian yang kedua adalah karena keluarnya ruh dari jasad sebagai akibat allah mentakdirkan bagi ruh tersebut untuk diambil lebih cepat atau lebih lambat dari yang seharusnya. Bisa saja seharusnya jasad ini sudah ditetapkan akan berusia 65 tahun, namun karena ada sebab-sebab tertentu, maka allah menetapkan padanya hanya berusia 20 tahun. Sebab kematian ruh ini tidak membutuhkan alas an, tidak membutuhkan akal sehat manusia, tidak membutuhkan pembuktian dan sepenuhnya hak prerogative Allah yang menghendaki.

Itulah sebabnya setiap jiwa diwajibkan untuk mempersiapkan diri kapan saja dipanggil yang maha kuasa. Tidak pernah ada peringatan pemberitahuan mengenai hal yang satu ini, karena itulah pada hal yang satu ini disebut rahasia illahi. Yang pasti hanya allah yang maha tahu apa-apa yang akan terjadi pada setiap diri manusia, mengapa ruh manusia dipanggil ketika ia masih berusia sangat muda belia. Mengapa ada orang yang ketika sedang bertubuh sehat, tiba-tiba meninggal dunia dengan sebab yang tidak masuk akal. Jenis kematian ini memang tidak akan mudah diterima akal sehat, karena allah yang maha tahu dan sebagian menganggap dibalik itu ada rahmat dan hikmah bagi orang-orang yang ada disekelilingnya.

Lalu misteri mengapa ada orang yang diberi hidup panjang umur dan ada yang pendek. Semua itu adalah rahasia allah semata. Panjangnya umur seorang tidak berarti itu bagian dari nikmat bagi seseorang, karena bisa jadi itu adalah juga menjadi bagian dari siksa allah kepadanya. Sementara pendeknya umur juga bukan berarti itu adalah bagian dari siksa karena bisa jadi itu adalah bagian dari nikmat allah baginya. Jadi jangan pernah minta dipanjangkan umur, jika didalam usia yang panjang itu kita tidak mampu menjaga diri perbuatan tercela. Dan jangan pula kita menjadi ingin cepat-cepat menghadap kematian, sementara amal ibadah yang kita lakukan masih jauh dari kata cukup.

Mengacu pada konsep kematian secara umum dibagi menjadi dua macam:

1. Husnul khatimah;
adalah suatu cara mengakhiri kehidupan dunia dengan cara dan kondisi yang terbaik. Bagian dari suatu proses menuju alam baka dimana jiwa orang yang akan di hentikan keduniawiannya sudah merasa puas dalam segala aspek kehidupannya, ia sudah menerima takdir dan ketentuan yang sudah dijalaninya semasa di dunia, ia sudah melakukan berbagai upaya terbaik dalam menjalankan perannya sebagaimana mestinya, ia sudah tidak merasa masih ada yang tertinggal dan kurang ketika kematian sudah ada dihadapannya, secara keseluruhan orang ini sudah siap lahir dan bathin menghadapi babak akhir kehidupannya dan ia juga siap menghadapi segala konsekuensi yang akan ditanggung besar ataupun kecil. Tidak ada keraguan dan ketakutan sedikitpun dalam hatinya, ia menerima dengan seluas-luasnya hati membentang.

Sebagaimana firman allah swt berikut ini adalah kondisi sebaik-baiknya manusia di akhir hayatnya; “Hai jiwa yang tenang (Nafsu Mutmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diredhaiNya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, masuklah ke dalam syurgaKu.” surah (Al-Fajr : 27-30 )

Jenis jiwa dengan cara kematian ini adalah dalam keadaan sangat tenang, wajahnya berseri-seri, ada senyum kecil dipinggir bibirnya, keluar aroma wangi dari tubuhnya dan jasadnya sangat ringan ketika diangkat. Ia wafat dalam keadaan sebaik-baiknya umat yang taat dan ridho kepada tuhannya.
Bentuk kematian ini biasanya dirasakan oleh para ulama, ahli ibadah, ahli dzikir, ahli kitab dan orang-orang shaleh, orang-orang yang terjaga iman islamnya selama hidupnya. Dalam hal ini ruh sudah siap dan allah juga sudah mengharapkan kehadirannya. Criteria orang ini adalah orang yang sudah mengenal dirinya dan ia juga sudah mengenal penciptanya. Atau dengan kata lain, ia sudah mempelajari, memahami, mengkaji, dan melaksanakan semua ajaran-Nya tanpa ragu. Sebaimana sabda Nabi saw;
Artinya: “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya, dan barangsiapa yang mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.

Kefanaan yang dimaksud di sini adalah para ahli ibadah itu menjadi sosok yang amat merindukan perjumpaan dengan Tuhannya dengan segenap jiwa, itu karena ia merasa sudah mengenal dengan dekat sosok Tuhan selama ini. Ia selalu ingin merasakan dapat melihat dan menatap wajah Tuhannya dalam setiap tarikan nafasnya .Disaat bersamaan allah juga sudah mengharapkan perjumpaan dengannya dan sudah mempersiapkan kebaikan padanya dengan cara mempersiapkan cara kematian/kedatangan dengan cara yang terbaik. Para ahli ibadah ini akan wafat dalam keadaan sedang bersuci dan bersujud, berada di tempat yang baik misalnya didepan masjidil haram, bertepatan dengan hari jumat di bulan ramadhan dan lain sebagainya yang mana itu juga bertujuan untuk memberi pemahaman kepada yang ditinggalkan bahwa orang tersebut sudah berpulang ke rahmtarullah dalam keadaan baik.


 2. Su’ul khatimah; Adalah suatu cara mati yang paling buruk, atau situasi dimana jasad tidak dalam keadaan siap dan mau menerima segala ketentuan allah yang datang padanya. Jenis jasad ini masih dalam keadaan gelisah, takut, marah, masih ada banyak urusan yang ditinggalkannya salama di dunia dan belum diselesaikan, sehingga ia masih merasa tidak mau menghadap sang khalik, ia masih ingin meminta perpanjangan waktu dan meminta diberikan kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahan selama di dunia. Jenis jasad ini masih berusaha mencari pembenaran dan pembelaan diri bahwa dirinya selama di dunia tidak menerima ilmu dan pengetahuan tentang kebenaran hari akhir, tentu saja itu tidak benar. Karena sesungguhnya setiap manusia pasti mendapat petunjuk kearah hidayah bagaimanapun sulitnya situasi. Keadaan jasad saat menghadapi sakaratul maut ini sangat mengerikan, tubuhnya meronta kesakitan, lalu ia terbujur kaku, bola mata terbuka, kulitnya pucat, keluar bau busuk yang amat menyengat dan ketika diangkat sangat berat jasadnya. Ini adalah bentuk seburuk-buruknya kematian, mati masih dalam keadaan tidak ridho dan ikhlas pada ketentuan allah swt.

Salah satu contoh buruknya kematian ini adalah orang yang dengan sengaja mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri. Alas an umum orang seperti ini adalah untuk menghindari persoalan hidup di dunia. Bukan karena ia sudah merasa siap menghadap penciptanya, justru sebaliknya ia buta sama sekali tentang Tuhannya. Orang yang mati dalam keadaan ini adalah seburuk-buruknya kematian. Dan pada saat kematian itu datang, maka selama masa penantian menuju hari kiamat, jasad dan ruh disiksa secara terus-menerus tanpa henti.

Mengenai proses sakaratul maut, Baginda Rasullullah saw bersabda:

Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai kelutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu.”

Sambung Rasullullah saw lagi:

“Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibrail as akan menebarkan sayapnya yang di sebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada di sekelilinginya. Ini adalah kerana sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibrail as “Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail as akan menebarkan sayap di sebelah kiri. Maka orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang di sekelilinginya. Ini adalah kerana terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya.

Dari sebuah hadis bahawa apabila Allah swt menghendaki seorang mukmin itu dicabut nyawanya maka datanglah malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir dari mulut orang mukmin itu dengan berkata: “Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini kerana orang ini sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada Allah swt ” Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada Allah swt dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu.

Lalu Allah swt berfirman yang bermaksud:

“Wahai malaikat maut, kamu cabutlah ruhnya dari arah lain.” Sebaik saja malaikat maut mendapat perintah Allah swt maka malaikat maut pun coba mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari arah tangan orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu.

Maka berkata tangan: Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan.” Oleh kerana malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan maka malaikat maut cuba pula dari arah kaki.

Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata: Tidak ada jalan bagimu dari arah ini Kerana kaki ini sentiasa berjalan berulang alik mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-majlis ilmu.” Apabila gagal malaikat maut mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut cuba pula dari arah telinga.

Sebaik saja malaikat maut menghampiri telinga maka telinga pun berkata: “Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana telinga ini sentiasa mendengar bacaan Al-Quran dan zikir.” Akhir sekali malaikat maut cuba mencabut orang mukmin dari arah mata tetapi baru saja hendak menghampiri mata maka berkata mata: “Tidak ada jalan bagimu dari arah ini sebab mata ini sentiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini sentiasa menangis kerana takutkan Allah.” Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah swt.

Kemudian Allah swt berfirman yang bermaksud:

“Wahai malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh orang yang beriman itu. ” Sebaik saja mendapat perintah Allah swt maka malaikat maut menghampiri roh orang itu dan menunjukkan Asma Allah swt. Seketika saja melihat Asma Allah dan cintanya kepada Allah swt maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut dengan tenang.