RUH TEMPAT KITA KEMBALI

CIRI MAHLUK YANG MENGENAL DIRI

Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pastilah ingin mengetahui hakikat kehidupannya, apa alasan ia dilahirkan, bagaimana ia bisa ada di dunia ini, siapa yang menciptakannya, untuk apa dan dalam rangka apa, serta berbagai pertanyaan dasar yang berupaya untuk mengetahui lebih dalam dan lebih banyak lagi pengetahuan dan pemahaman tentang identitas diri. Hal ini adalah wajar karena manusia memiliki rasa keingintahuan yang besar tentang apapun yang berkaitan dengan dirinya. Dan dari keingin tahuan yang besar ini juga terdapat rahmat Allah, dimana ini adalah satu bagian instrument pemahaman dasar yang dibekali Tuhan kepada ciptaan-Nya agar manusia bukan hanya bisa mengenal dirinya namun juga bisa mengenal Tuhan-Nya dan mahluk ciptaan lainnya. Lalu hingga saat ini sudahkah anda mengenal diri? atau apakah juga kita sudah mengenal dzat yang menciptakan kita? Tentunya kita masih amat asing bahkan dengan diri kita sendiri, maka dengan ini semoga kita bisa diberi pemahaman, walau hanya sedikit tapi semoga saja bermanfaat.


Hakikat Manusia

Bagaimana manusia bisa mengenal pencipta-Nya jika ia sendiri tidak mengenal dirinya secara utuh. Sebuah ilmu dibutuhkan untuk mencapai pengetahuan sejati sifat-sifat kemanusiaan pada umumnya. Ilmu itu diberi nama ilmu tarekat, yaitu imu pengenalan diri. Ilmu yang digunakan untuk memahami identitas diri. Berikut definisi masing-masing unsur pada manusia:
- Jasad/fisik adalah yang memiliki bentuk atau wujud atau sosok yang tergambarkan, yang diciptakan dari unsur alam yaitu min sulaatin min thiin (ekstrak alam), badan, kaki, tangan, panca indera dan sebagainya
- Jiwa (nafs) adalah sesosok mahluk dalam wujud halus yang hidup dan memiliki pemahaman, Pikiran, Perasaan, Intuisi, Emosi, dan Akal.
- Roh/ruh adalah satu kejadian uap atau gas yang keluar dari dalam hati kasar atau jantung. Uap atau gas itu berjalan ke seluruh bagian urat saraf di dalam tubuh manusia.

- Sedangkan qolbu adalah sifatnya jiwa yang selalu berubah-ubah (bolak-balik), tidak tetap.

Asal kejadian roh inilah yang perlu kita ikuti dan telusuri, karena dengan bagitu kita akan mudah mengidentifikasi diri kita. Dan Alquran sudah meng-isyaratkan bahwa unsur kejadian manusia terdiri atas tiga, yaitu unsur badan atau jasad (jasad), unsur Jiwa (nafs), dan unsur roh (ruh). Berikut tahapan pembentukan diri manusia menurut firman dan hadist:

1. Jiwa/nafs dan Ruh

Sebagai tahap awal, Allah mengambil sumpah kepada “jiwa” yang masih berada di alam ghaib. Para jiwa ini belum dipasangkan ke dalam ruh, karenanya ia masih bebas beterbangan dan menunggu dipanggil untuk melaksanakan tugas. Allah berfirma dalam surah (Al Araaf:172) yang bermaksud:
Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman :

”Bukakankan Aku ini Tuhanmu”, mereka menjawab :”Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah oran-orang lalai terhadap keesaaaan Mu.

Kondisi jiwa yang sudah disumpah ini mengakui Allah sebagai dzat yang menciptakannya, dan jiwa juga mau menjadi saksi atas segala perbuatan jasad selama di dunia pada hari akhir nanti. Setelah proses pengambilan sumpah, tahap berikutnya adalah Allah menjelaskan tentang tugas pokok dalam kehidupan di dunia kelak, bahwa ia akan mengembang dua tugas pokok yang mencakup jalan ketaqwaan dan jalan kefasikan. Surah Asy Syams (91:7-10) Firmannya yang bermaksud:

“Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya.

Ini menunjukan bahwa sebelum jasad manusia di susun, allah terlebih dahulu mempersiapkan unsure pendukung yang paling utama bagi sosok manusia yaitu Jiwa yang sudah berikan pemahaman hakikat ketuhanan dan keilmuan. Jiwa yang telah mengaku dan mengenal arti keesaan, keagungan dan kebesaran Allah s.w.t dengan sepenuh‐penuh Haqqul Yaqin. Disamping itu juga sudah mengerti fungsi dan tugas keruhaniahan ia juga memiliki kemampuan pemahaman yang mendalam tentang ilmu allah yang luas, yaitu jiwa/nafs ini bertugas untuk memberikan pemahaman memilih jalan yang akan ditempuh, apakah jalan itu menuju ketaqwaan atau menuju jalan kefasikan. Dan jika manusia memiih pada jalan ketaqwaan, maka ia akan termasuk dalam golongan manusia beruntung, jika sebaliknya maka ia akan menjadi manusia yang rugi. Karena setiap jiwa sudah dibekali pemahaman dan kesadaran yang pada setiap hal yang dilakukannya. Sebagaimana firman allah dalam Surat at-Takwir ayat 1 berikut ini:

“Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yag telah dikerjakannya.”

Dan setiap jiwa juga sudah dilengkapi dengan system kesadaran atas apa-apa yang dikerjakannya, apa yang dilalaikannya, dan apa yang di pilihnya. Sebuah keyakinan yang melekat pada jiwa ini adalah bahwa jiwa ini bersifat hidup dan mampu membuat keputusan sendiri, dan penuh kesadaran diri. Surat Al-Infitar ayat 1.

‘Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.”

Sampai disini maka selesailah tahap pembentukan unsure Jiwa untuk kemudian dipasangkan pada wujud jasad manusia. Unsure jiwa ini kini sudah memenuhi syarat untuk mengemban tugas kehidupan manusia.

2. Jasad/fisik


Tahap kedua adalah proses penyusunan jasad/fisik/jasmani/tubuh manusia. Unsur jasad atau jisim terdiri dari seluruh angggota tubuh manusia yaitu kepala, badan, tangan, dan kaki yang terbuat dari salah satu unsure sari pati tanah liat yang didalamnya mengandung unsure protein. Ia dijadikan dari tanah liat yang sangat halus dan mempunyai bentuk dan wujud nyata. Keadaan dan sifatnya; kasat mata, dapat raba/sentuh, dapat berubah bentuk, dapat rusak dan dapat dimusnahkan. Diciptakannya jasad ini dalam rangka sebagai media/sarana diletakkannya unsur sebelumnya, yaitu jiwa. Sosok jiwa yang sebelumnya sudah ditanamkan berbagai pemahaman dan pengetahuan dasar kehidupan, lalu dipasangkan ke dalam jasad/fisik manusia, sehingga jadilah ia sesosok mahluk yang pandai.

Sampai di sini, manusia sudah dikatakan bisa hidup mandiri, namun bagi Allah kedua unsure ini belumlah cukup. Sebagai konsekuensi ditakdirkannya manusia sebagai pemimpin di muka bumi, maka Allah sekali lagi membekali manusia dengan unsure ke tiga yaitu Ruhaniah. Unsur ini tidak dimiliki oleh mahluk lainnya, karena ia adalah unsure yang istimewa dan khusus diberikan hanya kepada manusia untuk menjadikan manusia mahluk paling baik diantara yang lainnya.

Ruh itulah yang menyebabkan meningkatnya martabat anak manusia, sehingga menjadikan para malaikat menghormatinya. Yang kedua, ketinggian dzat yang disebut Ruh itu terlihat dari bagaimana Allah mengatakannya sebagai Ruh-Ku. Dia menggunakan kata ganti kepunyaan itu, untuk menggambarkan itu adalah Ruh-Nya. Penggunaan kata Ruh Ku ini tentu jangan ditafsirkan sebagai Ruh Allah yang masuk ke dalam diri manusia. Melainkan itu Ruh milik (ciptaan) Allah. Meskipun, di ayat lain, Allah juga mengatakan sebagian dari Ruh-Ku, yang menggiring kita pada pemahaman bahwa Allah ‘mengimbaskan’ sebagian dari sifat-sifat mulia-Nya kepada manusia lewat Ruh itu. Dengan kehadiran Ruh-Nya itulah manusia bisa menjadi khalifah dimuka bumi.

3. Proses Penyatuan Ruh dan Jasad/jasmani


Setelah selesai seluruh prosesi penyusunan lapisan materil jasad manusia dengan unsure jiwa, maka kemudian Allah memulai proses penyatuan unsure Ruhanian dengan jasad/fisik manusia. Namun sebelum Ruh ditiupkan oleh Allah ke dalam jasad manusia melalui proses-Nya. Ketika jasad Nabi Adam a.s telah tercipta dengan sempurna, maka Allah memerintahkan Ruh untuk memasuki jasad Nabi Adam a.s. Maka dengan enggan ia menerima perintah tersebut. Ruh pun akhirnya memasuki jasad dengan berat hati karena harus masuk ke tempat yang gelap. Akhirnya ruh mendapat sabda Allah:

"Jika seandainya kamu mau masuk dengan senang, maka kamu nanti juga akan keluar dengan mudah dan senang, tetapi bila kamu masuk dengan paksa, maka kamupun akan keluar dengan terpaksa".

Lalu Ruh memasuki melalui ubun-ubun, kemudian turun sampai ke batas mata, selanjutnya sampai ke hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung jari kaki. Setiap anggota tubuh Adam yang dilalui ruh menjadi hidup, bergerak, berucap, bersin dan memuji Allah.
Bahkan dalam al Qur'an tergambarkan ketika ruh sampai ke lutut, maka Adam sudah tergesa gesa ingin berdiri. Sebagaimana firman Allah :

"Manusia tercipta dalam ketergesa-gesaan" (Q.S.21:37).

Setelah Allah meniupkan ruh-Nya kedalam jasad tersebut. Didalam Ruh-Nya Allah memberikan suatu kelebihan tambahan mengenai kemampuan melihat, mendengar dan hati. Bagian tambahan ini yang menjadi bagian kesempurnaan manusia, mengapa? Karena tiga kemampuan ini hanya disematkan pada manusia, dan ketiga kemampuan ini adalah salah satu sifat kemuliaan milik Allah swt yang agung, namun sayangnya kebanyakan manusia tidak menyadarinya.

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuh/jasad nya ruh Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati , tetapi kamu sedikit sekali bersyukur.”

Jadi setelah seluruh rangkaian pembentukan jasad yang sudah dilengkapi jiwa, mulailah masuk unsure ruh-Nya kedalam jasad. Sampai tahap ini, proses penyusunan jasad manusia sudah selesai dan dianggap sudah sempurna kejadiaannya, lalu allah memerintahkan mahluk lain (malaikat dan iblis) untuk bersujud kepada Adam as.

"Dan apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ruh-Ku ke dalamnya maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud.
[2]

Ketika Allah sudah menyempurnakan proses kejadian penyatuan jasad dan ruh, maka perhatikan sepenggal kalimat yang menyiratnya kata-kata ‘meniupkan ruh-Ku’ yang artinya bahwa didalam unsure ruh ini ada unsure suci, sehingga dikategorikan sebagai Makhluk. Jadi ruh dalam diri jasad manusia bukanlah Allah itu sendiri, melaikan sesosok mahluk suci yang sudah dibekali tiga kemampuan lebih. Roh itu kepunyaan Allah, yang ditiup masuk ke dalam Jasad manusia dimana ruh itu dibekali kemampuan tambahan, tidak sama dengan ruh yang ada pada hewan dan tumbuhan, ruh ini memilki kemampuan penglihatan, pendengaran dan hati yang bersumber dari-Nya.

“akan tetapi di dalam diri manusia ada bashirah (yang tahu)"(QS 75:14).

Kata bashirah ini disebut sebagai yang tahu atas segala gerak manusia yang sekalipun sangat rahasia. Ia biasa menyebut diri (wujud)-nya adalah "Aku".

Unsur suci yang dimaksud disini adalah bahwa allah atau Dia menghembuskan dua unsur suci yang ada pada 99 nama dan sifat terpuji Allah swt (asmanul husnah), yaitu Al – Samii’ (Maha Mendengar) dan Al – Bashiir (Maha Melihat) serta Hati yang berguna untuk merasa (mudah tersentuh, bergetar hatinya, bergejolak jiwanya) serta sebagai tempat datangnya ilmu, hikmah dan hidayah Allah swt.

Ketiga unsure ini adalah unsure yang sangat suci dan memiliki tingkatan derajat yang tinggi, karena hanya manusia yang dilengkapi dengan sifat terpuji Allah swt ini, dengan tujuan agar manusia dapat memiliki kemampuan penglihatan dan pendengaran yang mendalam tentang hakikat keilmuan dan ketuhanan.

Allah tidak menganugerahkan ini pada mahluk lainnya dan inilah alasannya mengapa allah memerintahkan mahluk lain (bangsa iblis) untuk bersujud kepada Nabi Adam as kala itu serta inilah juga alasannya mengapa Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi. Dan ini juga sebabnya mengapa dalam berbagai firman-Nya Allah selalu mengisaratkan bahwa Allah mengetahui apa-pun yang dikerjakan manusia, yang besar atau kecil bahkan yang nampak ataupun yang tidak nampak. Karena tiga unsur suci ada dalam diri manusia.

Ketiga unsure ini yang menjadikan manusia sangat istimewa dan sempurna jika dibandingkan mahluk lainnya. Apa saja keistimewaan ketiga sifat allah yang melekat pada manusia tersebut. Jika manusia pandai memanfaatkan ketiga keistimewaan yang diberikan ini, maka dengan ijin Allah, manusia itu akan mampu menjadi apapun yang diinginkan Allah terjadi atas dirinya. Seluruh organ tubuhnya akan bergerak hanya karena Allah dan atas kehendak Allah semata. Allah berfirman dalam salah satu hadis qudsi,

“Tidaklah seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan terus menerus bersikap taat kecuali Aku akan mencintai-Nya dan jika Aku mencintainya maka Aku akan menjadi telinganya yang dengannya dia mendengar dan menjadi lidahnya yang dengannya dia bicara dan menjadi tangannya yang dengannya dia menggenggam.”)

26. Al – Samii’ (Maha Mendengar)

Keistimewaan sifat maha mendengar ini adalah keistimewaan kepada manusia yang akan dapat mendengar jeritan sakit dan kemarahan saudaranya dibelahan dunia lain. Ia dapat mendengar datangnya suatu kabar berita baik dan buruk lebih cepat dari yang bisa didengar manusia pada umumnya, bahkan melebihi kecepatan cahaya. Kemampuan mendengar seorang mukmin yang taat adalah ia bisa menjadi wadah yang mampu menampung keluh kesah saudaranya yang tertindas, dan keistimewaan lainnya adalah manusia akan mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui fungsi pendengaran dihatinya, ini yang orang awam namakan telepati serta berbagai keistimewaan system pendengaran lainnya. subhanallah, semoga allah memberkati.

27. Al – Bashiir (Maha Melihat, Yang Maha Melihat Segala Sesuatu)

Jika manusia mampu memanfatkan dengan baik fungsi penglihatannya, maka Allah WT akan mengaruniakan kepadanya penglihatan (mata) yang tajam, bahkan bisa menembus ruang dan waktu. Keistimewaan kemampuan mata hati untuk melihat hal – hal yang lebih mendalam daripada yang dapat ditangkap oleh penglihatan bola mata biasa, mata batin untuk melihat batin manusia lain, serta dapat melihat luasnya alam semesta ini. Anda juga mungkin pernah merasakannya, dimana suatu saat seolah-olah anda bisa membaca pikiran orang lain dan sesungguhnya jiwa anda sedang melihat hati orang tersebut. Mata itu disebut al bashiirah (yang maha melihat). Disamping juga bertujuan agar manusia bisa menyaksikan tanda-tanda kebesaran allah di alam semesta ini. Meski kita tidak akan dapat melihat Allah secara langsung, karena hanya Dia yang dapat melihat diri-Nya, tetapi dengan bashiirah kita dapat melihat diri kita sendiri, kita dapat mengenal diri kita sendiri.

HATI (Tempat datangnya ilmu dan hidayah)

Allah menga nugerahkan hati yang halus dan lembut ke dalam jiwa manusia, tentu saja ini ada maksud dan tujuannya. Diantaranya adalah hati yang dapat merasa, berinteraksi dan berpikir. Sifat hati ini adalah selalu mengajak manusia pada jalan yang lurus, mencari kebenaran sejati, mengajak pada kebajikan. Hati ini yang dimana ketika disebut nama Allah maka ia akan bergetar, getarannya ini membuat segenap tubuh merinding. Hati ini sangat lembut sehingga ia sangat mudah tersentuh pada hal-hal yang bersifat sensitive, mudah terkesima pada kebesaran ciptaan-Nya, mudah bergejolak jika ada hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai dan sifat-sifat mulia Allah swt.

Dari sifat hati yang penuh kemuliaan ini yang akan membuat kita bisa merasakan sifat-sifat mulia allah yang ada pada diri kita, sifat yang tenang, sabar, tawadhu dan istiqomah. itulah sebabnya kenapa kita disuruh melihat ke dalam diri (introspeksi diri) sebagimana firman Allah dalam surat az-Zariat ayat 21:

وَفِى اَنْفُسِكُمْ اَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ

Artinya : "Dan di dalam diri kamu apakah kamu tidak memperhatikannya."

Disamping mampu merasa, hati yang dimaksud disini juga memiliki kemampuan berpikir dengan sangat tajam. Mampu membuka berbagai khasanah keilmuan. Hati ini yang menjadi pusat kecerdasan manusia, ia mampu berinteraksi bolak-balik dan naik turun sesuai dengan tingkat kebutuhan manusia menggali pengetahuan. Hati ini juga termasuk fungsi intuisi, firasat, hidayah dan al hikmah dan juga tempat bersemayamnya iman orang muslim. Dengan diaktifkannya hati inilah, Allah berinteraksi dengan manusia secara langsung. Dan itulah sebabnya allah menegaskan bahwasanya Allah itu amatlah dekat pada hambanya.
"Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang AKu, maka (jawablah) bahwasanya aku adalah dekat." Quran Al Baqarah:186.

Satu-satunya mahluk yang sudah mengoptimalkan kesemua unsure istimewa ini hanyalah Nabi Muhammad saw dan para sahabat, hanya beliaulah satu-satunya mahluk yang dengan-Nya seluruh anggota tubuhnya tumbuh dan bergerak hanya ke satu tujuan, yaitu Allah swt. Dan pada semua fungsi panca inderanya juga Allah menjadikannya satu-satunya manusia yang dengan semua perkataan yang terucap dan semua tindakannya bersifat mulia di mata seluruh pengikutnya bahkan di mata para musuh-musuhnya. Sifat-sifat mulia Allah sudah melekat dan tumbuh ke dalam setiap aliran darah dan setiap hembusan nafas Rasulullah saw. Adakah setiap perkataan rasulullah, manusia dapat membantah dan mendustakannya? Pastilah tidak, karena Allah selalu bersamanya kemanapun rasul berada. Itulah yang dimaksud dengan insane yang mulia.